Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga minus 2,23 persen pada kuartal I 2021. Realisasi ini berbanding terbalik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,83 persen.
"Masih terkontraksi, tapi membaik jika dibandingkan dengan kuartal II, kuartal III, dan kuartal IV 2020," ungkap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Rabu (5/5).
Suhariyanto memaparkan konsumsi masyarakat pada kuartal II 2020 terkontraksi hingga 5,52 persen. Kemudian, konsumsi kembali minus sebesar 4,05 persen pada kuartal III 2020 dan minus 3,61 persen pada kuartal IV 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhariyanto mengatakan konsumsi rumah tangga masih minus pada awal tahun ini lantaran hampir seluruh komponennya terkontraksi. Rinciannya, makanan dan minuman minus 2,31 persen, pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan minus 2,71 persen, perumahan dan perlengkapan rumah tangga minus 1,27 persen, transportasi dan komunikasi minus 4,24 persen, dan restoran dan hotel minus 4,16 persen.
Selain itu, Suhariyanto menjelaskan konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tercatat minus 4,53 persen. Begitu juga dengan investasi yang terkontraksi 0,23 persen.
Di sisi, konsumsi pemerintah meningkat 2,96 persen. Hal ini seiring dengan dana yang digelontorkan untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021.
"Tumbuh karena ada peningkatan realisasi belanja barang dan jasa, serta ada peningkatan untuk bantuan sosial. Kenaikan belanja barang dan jasa terjadi di semua komponen kecuali perjalanan dinas, ini untuk obat-obatan dan vaksin," kata Suhariyanto.
Lalu, ekspor naik 6,74 persen dan impor naik 5,27 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 masih minus sebesar 0,74 persen.
Kontraksi ekonomi Indonesia berbanding terbalik pertumbuhan ekonomi sejumlah negara mitra dagang yang tercatat positif pada kuartal I 2021. Rinciannya, China tumbuh 18,3 persen, Amerika Serikat (AS) tumbuh 0,4 persen, Singapura tumbuh 0,2 persen, Korea Selatan tumbuh 1,8 persen, Hong Kong tumbuh 7,8 persen.