Stafsus Jokowi Pede Resesi Ekonomi Terakhir Kuartal I 2021

CNN Indonesia
Rabu, 05 Mei 2021 14:22 WIB
Arief Budimanta, Stafsus Presiden, menilai pertumbuhan ekonomi negatif 0,074 persen pada kuartal I 2021 akan menjadi akhir resesi di Indonesia.
Arief Budimanta, Stafsus Presiden, menilai pertumbuhan ekonomi negatif 0,074 persen pada kuartal I 2021 akan menjadi akhir resesi di Indonesia. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta menilai pertumbuhan ekonomi RI yang masih negatif 0,74 persen pada kuartal I 2021 mengarah ke pemulihan. Ia bahkan menyiratkan kepercayaan diri yang tinggi bahwa periode ini merupakan periode terakhir resesi ekonomi di Indonesia.

Diketahui, pada kuartal II 2020 lalu, ekonomi RI pertama kali jatuh ke level negatif hingga 5,32 persen. Kemudian, pada kuartal III 2020, RI kembali mencatat level negatif sekaligus menjadi penanda resesi ekonomi. Resesi adalah pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut.

Tidak sampai di situ, ekonomi RI kembali minus 2,19 persen pada kuartal IV 2020 dan kondisi tersebut masih berlangsung hingga kuartal I tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pun demikian, Arief memprediksi ekonomi kuartal II 2021 akan positif dan membawa RI keluar dari jurang resesi. "Presiden Jokowi optimistis perekonomian Indonesia akan kembali tumbuh positif pada kuartal kedua dan kuartal berikutnya di 2021," jelasnya lewat rilis, Rabu (5/5).

Menurut Arief, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 yang minus dikarenakan pada periode yang sama tahun lalu pandemi covid-19 belum berpengaruh. Bahkan, sempat terjadi penguatan aktivitas ekonomi pada akhir Maret karena panic buying barang-barang tertentu, seperti produk kesehatan dan kebutuhan pokok.

"Selisih tipis yang hanya sebesar minus 0,74 persen secara tahunan dibandingkan masa sebelum pandemi menunjukkan perekonomian kita sanggup bertahan. Kita akan segera masuk ke zona positif," imbuh dia.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), 64,56 persen dari PDB berdasarkan lapangan usaha pada kuartal I berasal dari Industri, pertanian, Perdagangan, konstruksi dan pertambangan.

Ia menilai indikator tersebut mengindikasikan sektor riil sudah bergerak lebih produktif dibanding periode sebelumnya. "Selain itu, kita juga melihat neraca perdagangan surplus kita pada kuartal I dengan ekspor tumbuh 6,74 persen dan impor terkendali tumbuh 5,27 persen," papar dia.

Melihat rincian pertumbuhan berdasarkan pengeluaran, Arif mengakui pandemi covid-19 masih menekan perekonomian baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Sehingga, pemerintah harus bekerja sama dengan otoritas moneter memperbaiki realisasi.

Rinciannya untuk pertumbuhan konsumsi dinyatakan negatif 2,23 persen, investasi minus 0,23 persen, belanja pemerintah 2,96 persen, ekspor 6,74 persen dan impor 5,27 persen.

Dia melanjutkan guna memastikan target dapat tercapai, penanganan pandemi harus dilakukan sesuai protokol untuk mempertahankan tren penurunan kasus aktif dan penularan wabah corona di Indonesia.

[Gambas:Video CNN]

Selain itu, daerah diminta untuk mempercepat serapan anggarannya masing-masing. "Presiden juga sudah meminta kepala daerah benar-benar mampu meningkatkan investasi swasta di daerahnya agar lapangan kerja ikut tercipta," jelasnya.

Dia juga memberi catatan kalau faktor eksternal juga turut mendorong penguatan ekonomi Indonesia seperti negara mitra dagang utama Indonesia yang sudah lebih dulu memasuki fase pertumbuhan positif, seperti China, AS, dan Singapura.

"Ini diyakini bisa memperkuat permintaan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut," katanya.

Berkebalikan, mitra dagang lain seperti India justru mengalami pemburukan dalam kasus pandemi covid-19 sehingga bisa mempengaruhi perdagangannya dengan Indonesia. Arif mengingatkan faktor tersebut juga perlu menjadi perhatian.

(wel/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER