PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, kini dikenal dengan MIND ID, masih memiliki utang sebesar US$500 juta atau Rp7,13 triliun (kurs Rp14.287 per dolar AS). Utang tersebut akan segera jatuh tempo pada November tahun ini.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan sebagian dari total utang US$1,02 miliar tersebut telah direstrukturisasi saat perseroan menerbitkan global bond US$2,5 miliar pada tahun lalu.
"Yang US$1,02 miliar 2021 itu sebetulnya sudah kami bayar kemarin, waktu kami terbitkan US$2,5 miliar. Itu ada US$500 juta yang kami pakai untuk bayar di 2021. Jadi, sebenarnya yang jatuh tempo itu sekitar US$500an lagi," ujarnya dalam video conference, Jumat (7/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, US$1,02 milar tersebut juga merupakan bagian dari obligasi US$4 miliar yang diterbitkan Inalum pada 2018.
Dari jumlah tersebut, sekitar US$3,85 miliar digunakan untuk pembayaran akuisi saham Freeport, sementara US$150 juta sisanya digunakan untuk refinancing.
Obligasi itu terdiri dari empat masa jatuh tempo dengan tingkat kupon rata-rata 5,99 persen. Pertama, US$1 miliar dengan kupon 5,23 persen dan tenor sampai 2021.
Kedua, US$1,25 miliar dengan kupon 5,71 persen dan tenor hingga 2023. Ketiga, US$1 miliar dengan kupon 6,53 persen dan tenor sampai 2028. Keempat, US$750 juta dengan kupon 6,75 persen dan tenor hingga 2048.
Obligasi ditarik dari gabungan peminjam, yakni BNP Paribas dari Prancis, Citigroup dari AS, dan MUFG dari Jepang.
Ketiganya menjadi koordinator underwriter dalam penerbitan obligasi. Sementara, CIMB Niaga dan Maybank dari Malaysia, SMBC Nikko dari Jepang, dann Standard Chartered Bank dari Inggris sebagai mitra underwriter.
"Kurang lebih di 2021 November itu akan kami bayar, (sisa utang yang akan jatuh tempo), kan uang kami cukup tuh," pungkas Orias.