GRP Pede Bisnis Mengilap Karena Belanja Infrastruktur di APBN

CNN Indonesia
Jumat, 07 Mei 2021 23:25 WIB
Gunung Raja Paksi optimis kinerja bisnis besi baja akan meningkat tahun ini sejalan dengan besarnya belanja infrastruktur pemerintah di APBN 2021.
Gunung Raja Paksi optimis kinerja bisnis besi baja akan meningkat tahun ini sejalan dengan besarnya belanja infrastruktur pemerintah di APBN 2021. (Dok. Gunung Raja Paksi).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Gunung Raja Paksi Tbk, salah satu produsen besi baja, optimis kinerja bisnis perusahaan akan meningkat pada tahun ini sejalan dengan besarnya belanja infrastruktur pemerintah dalam APBN 2021.

Direktur Utama GRP Argo Sangkaeng mencatat alokasi belanja APBN untuk sektor infrastruktur mencapai Rp417 triliun pada tahun ini. Jumlahnya merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir di kisaran Rp281 triliun sampai Rp394 triliun.

"Pertumbuhan kinerja industri baja diperkirakan semakin kuat pada 2021 karena pertumbuhan industri konstruksi yang terutama didorong oleh alokasi untuk proyek infrastruktur APBN," ungkap Argo dalam keterangannya, Jumat (7/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alokasi dana tersebut, sambungnya, akan masuk ke pembangunan infrastruktur di kawasan industri dan pariwisata. APBN juga akan dikucurkan ke infrastruktur melalui program padat karya.

Selain itu, alokasi dana infrastruktur juga akan dikeluarkan untuk pembangunan fasilitas dan penyediaan kesehatan umum dan kebutuhan dasar. Misalnya, air, sanitasi, perumahan, hingga penguatan sistem kesehatan nasional.

Pemerintah juga akan menggunakan dana belanja infrastruktur untuk penyelesaian kegiatan prioritas yang tertunda di 2020. Kinerja bisnis yang lebih baik juga didukung oleh program penanganan dampak pandemi covid-19 dan vaksinasi.

"Tren peningkatan ini diperkirakan terus berlanjut pada 2021-2025," imbuhnya.

Sementara pada 2020, perusahaan membukukan pendapatan sebesar US$613 juta atau setara Rp8,73 triliun (kurs Rp14.250 per dolar AS). Perusahaan mencatat rugi bersih sebesar US$8,95 juta atau setara Rp127,53 miliar.

Kendati merugi, namun jumlahnya berkurang dari tahun lalu. Pada 2019, pendapatan perusahaan US$823,5 juta atau Rp11,73 triliun, namun mencatat rugi US$20,77 juta atau Rp295,97 miliar.

Perusahaan menyiapkan beberapa strategi untuk meningkatkan bisnis ke depan, yaitu meningkatkan tata kelola dan kontrol perusahaan, investasi pada peningkatan teknologi, pergantian mesin yang lebih efisien, hingga menambah produk dan kapasitas produksi.

[Gambas:Video CNN]



(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER