Rupiah Unjuk Gigi Bareng Mata Uang Kawasan Asia Lain
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.197 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (10/5) sore. Mata uang Garuda menguat 0,61 persen jika dibandingkan perdagangan Jumat (7/5) sore di level Rp14.128 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.198 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi hari sebelumnya yakni Rp14.289 per dolar AS.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,2 persen, dolar Taiwan menguat 0,47 persen, won Korea Selatan menguat 0,68 persen, peso Filipina menguat 0,03 persen, dan rupee India menguat 0,14 persen.
Kemudian, yuan China menguat 0,14 persen, ringgit Malaysia menguat 0,13 persen dan bath Thailand menguat 0,02 persen. Hanya yen Jepang yang melemah 0,18 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang di negara maju bergerak melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,67 persen, dolar Australia melemah 0,19 persen dan franc Swiss melemah 0,02 persen. Hanya dolar Kanada yang terpantau menguat 0,21 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan investor masih mencermati dampak buruknya laporan ketenagakerjaan terhadap kebijakan moneter menjelang data inflasi yang akan dirilis akhir pekan ini.
Seperti diketahui, Jumat pekan lalu, AS merilis laporan ketenagakerjaan yang mengatakan bahwa non-farm payrolls naik 266.000 dalam sebulan.Tingkat pengangguran juga naik ke 6,1 persen atau lebih tinggi dari perkiraan.
"Angka yang mengecewakan itu dikaitkan dengan kurangnya pekerja dan bahan baku, meskipun situasi covid-19 membaik dan langkah-langkah stimulus pemerintah mendorong pemulihan ekonomi," ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, sentimen yang menahan rupiah untuk terbang lebih tinggi adalah kurangnya efektivitas kebijakan pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi.
Ini terlihat dari penanganan pandemi covid-19 yang masih belum konsisten sehingga selalu tertinggal dari negara negara lain yang sudah tumbuh positif dan bisa menangani covid-19 dengan vaksinasi.
"Pertumbuhan ekonomi yang masih minus merupakan bukti penanganan pandemi oleh pemerintah belum serius dan efektif. Jika pemerintah tidak memperbaiki kinerjanya dalam penanganan pandemi covid-19, maka ada ketakutan di kuartal kedua 2021 pertumbuhan ekonomi masih akan terkontraksi," jelasnya.
Dalam perdagangan sore ini, Ibrahim memprediksi rupiah ditutup menguat 87 poin di level Rp14.197 per dolar AS. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan bergerak di rentang Rp14.160 per dolar AS hingga Rp14.230 per dolar AS.