Saham Disney rontok 4 persen di bursa saham Wall Street pada Kamis (13/5), waktu setempat, lantaran perlambatan pertumbuhan pelanggan pada kanal hiburannya, yakni Disney+.
Padahal, dilansir CNN Business, Jumat (14/5), jumlah pelanggan Disney+ mencapai 103,6 juta. Jumlah ini tergolong banyak. Namun, rupanya, angka ini masih di bawah ekspektasi investor sebanyak 110 juta pelanggan.
Kondisi ini persis dengan yang dialami Netflix, yang sahamnya juga merosot karena perlambatan jumlah pelanggan pada akhir kuartal tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, sebetulnya, investor bursa saham Wall Street juga mencermati laporan keuangan Disney, di mana pendapatannya melemah pada kuartal I ini menjadi US$15,6 miliar.
Pendapatan tersebut tercatat melemah 13 persen dan di bawah ekspektasi pasar. Walaupun, secara keuntungan, laba Disney meroket 95 persen, yakni dari US$468 juta menjadi US$912 juta.
Layanan streaming Disney+ punya peran besar dalam mempertahankan bisnis Disney di tengah pembatasan operasional taman rekreasianya dan rilis filmnya karena pandemi covid-19.
Sayangnya, investor masih khawatir bisnis Disney+ juga akan melambat, terutama karena perusahaan baru saja menaikkan biaya langganan per bulannya sebesar US$1 per Maret 2021.
Pun demikian, CEO Disney Bob Chapek mengaku tidak ada pembatalan pelanggan yang signifikan sejak kenaikan biaya langganan.
Ia meyakini, lewat analisis yang dilakukan perusahaan, Disney+ berada di jalur yang tepat untuk proyeksi pelanggan jangka panjang.
Ia juga memproyeksi Disney+ bakal meraup 230 juta-260 juta pelanggan hingga akhir tahun 2024.
"Kami senang melihat tanda-tanda pemulihan yang menggembirakan di seluruh bisnis kami dan kami tetap fokus pada peningkatan operasi kami sambil juga mendorong pertumbuhan jangka panjang untuk perusahaan," ujar Chapek dalam sebuah pernyataan.