Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menargetkan pabrik hot strip mill (HSM) 2 milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mampu membantu penghematan cadangan devisa (cadev) hingga Rp29 triliun. Pasalnya, pabrik ini akan memenuhi kebutuhan baja dalam negeri.
"Dengan beroperasinya pabrik HSM 2, Krakatau Steel mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri sehingga akan mewujudkan kemandirian industri baja nasional. Hal ini akan berkontribusi terhadap penghematan cadangan devisa negara mencapai Rp29 triliun," ucap Erick dalam keterangan resmi, Selasa (18/5).
Erick menyatakan operasional pabrik HSM 2 membuktikan transformasi yang dilakukan Krakatau Steel berjalan sesuai rencana. Menurutnya, pabrik tersebut akan mendorong ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan pabrik HSM 2 berhasil melakukan produksi perdana hot rolled coil (HRC) berkapasitas 1,5 juta ton per tahun. Pabrik tersebut menggunakan teknologi terbaru dan mulai dibangun pada 2016 lalu.
"Pabrik ini menghasilkan produk baja HRC dengan spesifikasi tertentu untuk melengkapi produk yang dihasilkan oleh pabrik HSM 1 Krakatau Steel yang sudah beroperasi dari 1983," kata Silmy.
Ia mengatakan salah satu produk yang menjadi keistimewaan pabrik baru ini adalah HRC untuk sektor otomotif. Lalu, pabrik ini juga mampu menghasilkan HRC dengan ketebalan 1,4 mm hingga 16 mm dengan lebar dari 600 mm hingga 1.650 mm.
"Pabrik ini adalah pabrik dengan teknologi dan sistem terbaru yang memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi. Total penghematan biaya operasional bisa mencapai 25 persen dari pabrik HSM pada umumnya karena penurunan konsumsi energi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal," ujar Silmy.
Menurutnya, total kapasitas HRC perusahaan bertambah menjadi 3,9 juta ton per tahun. Hal itu akan menekan impor HRC mencapai 0,9-1,9 juta ton per tahun.
"Atas dasar data tersebut, artinya kebutuhan HRC sudah dapat dipenuhi oleh pabrikan dalam negeri," jelasnya.
Pabrik ini, sambung Silmy, disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi sampai 4 juta ton per tahun. Ia memastikan pabrik ini memiliki tingkat efisiensi cukup tinggi.
Semula, pabrik ini direncanakan beroperasi pada 2020. Namun, hal ini terpaksa ditunda karena pandemi covid-19.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah tahap commissioning. Perusahaan kesulitan mendatangkan teknisi dari luar negeri.
"Kami bersyukur akhirnya proyek HSM 2 ini bisa selesai karena dengan dioperasikannya pabrik ini akan semakin memperbaiki kinerja Krakatau Steel. Terlebih, saat ini terjadi peningkatan harga baja dunia pada enam bulan terakhir," tutup Silmy.