Impor HP Bikin RI Defisit Dagang dengan China
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan China mencapai US$652,1 juta pada April 2021. Defisit terjadi karena ekspor Indonesia ke China hanya US$3,92 miliar, sementara impor mencapai US$4,57 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan terjadi peningkatan impor dari China sebesar US$597,6 juta pada April 2021 yang merupakan peningkatan impor terbesar berdasarkan negara asal. Barang impor paling utama dari China adalah telepon seluler (handphone).
"Dengan China impor kita pada April 2021 ini masih meningkat US$597,6 juta. Ada beberapa barang utama yang kita impor dari China, paling besar adalah telepon seluler," ujarnya saat rilis data neraca perdagangan periode April 2021, Kamis (20/3).
Lihat juga:Gaji Ke-13 PNS Paling Cepat Cair 1 Juni 2021 |
Selain dengan China, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan Australia dan Thailand. Defisit perdagangan dengan Australia tercatat sebesar US$418,3 juta. Impor dari Australia mencapai US$644 juta, sedangkan ekspornya hanya US$225,7 juta.
Sedangkan, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai US$248,1 juta. Pasalnya, ekspor Indonesia ke Thailand hanya US$520,2 juta, tapi impor barang dari Thailand lebih tinggi yakni US$766,3 juta.
"Dengan beberapa negara kita masih mengalami defisit, misalnya dengan China defisit kita pada April adalah US$652,1 juta, dengan Australia kita juga mengalami defisit dan dengan Thailand kita juga mengalami defisit," imbuhnya.
Namun, perdagangan Indonesia berhasil surplus dengan AS, Filipina, dan India. Surplus perdagangan dengan AS sebesar US$1,21 miliar. Sebab, impor Indonesia dari AS sebesar US$815,3 juta, sedangkan ekspornya lebih tinggi mencapai US$2,03 miliar.
Lalu, surplus perdagangan dengan Filipina sebesar US$554,1 juta. Hal ini disebabkan impor Indonesia dari Filipina hanya US$96 juta, sedangkan ekspornya mencapai US$650,1 juta.
Terakhir, surplus perdagangan dengan India sebesar US$439,9 juta. Hal ini disebabkan impor Indonesia dari India sebesar US$679,6 juta, sedangkan ekspornya mencapai US$1,11 miliar.
Suhariyanto menuturkan ekspor ke India turun paling dalam pada April 2021 ini mencapai US$123,8 juta. Hal ini disebabkan oleh kenaikan kasus pandemi covid-19 di negara tersebut.
"Kita tahu apa yang terjadi di India saat ini dan kita semua ikut prihatin dan mudah-mudahan apa yang terjadi di India tidak terjadi di negara lain," ujarnya.