Sri Mulyani Antisipasi Dampak Pengetatan Moneter AS

CNN Indonesia
Senin, 31 Mei 2021 13:26 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengantisipasi dampak pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian Indonesia. (CNN Indonesia/ Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengantisipasi kondisi pasar yang bergejolak karena pengetatan kebijakan moneter (taper tantrum) Amerika Serikat (AS) seperti pada 2013 lalu.

Ia mengatakan ada potensi pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed) lantaran tingkat inflasi AS saat ini terkerek naik bahkan melebihi 4 persen.

"Belajar dari fenomena terdahulu seperti terjadinya taper tantrum pada 2013, di mana ekspektasi normalisasi kebijakan moneter AS dapat mendorong, menimbulkan spill over atau efek rambatan yaitu pembalikan arus modal dari negara-negara berkembang," ujarnya dalam Rapat Paripurna DPR RI, Senin (31/5).

Ani, sapaan akrabnya, mengatakan kenaikan tingkat inflasi di AS disebabkan oleh percepatan pemulihan ekonomi dan stimulus fiskal jumbo. Seperti diketahui, pemerintah AS menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$1,9 triliun untuk mengatasi dampak pandemi covid-19.

"Hal ini menimbulkan dampak inflasi yang bahkan mencapai di atas 4 persen dan menimbulkan dinamika ekspektasi inflasi di AS yang tinggi," imbuhnya.

Menurutnya, guncangan tersebut akan memengaruhi berbagai variabel di Indonesia, tidak hanya di pasar Surat Berharga Negara (SBN), namun juga di pasar modal dan pasar uang. Pada 2020 lalu saja, kata dia, tingkat imbal hasil (yield) SBN Indonesia sudah mencapai 6,32 persen-7,27 persen karena kebutuhan pembiayaan untuk penanganan pandemi covid-19.

"Asumsi tingkat suku bunga SUN 10 tahun pada tahun 2022 mencerminkan kebutuhan pembiayaan APBN yang masih sangat besar dan di sisi lain ada risiko ketidakpastian dari pasar keuangan global yang berlangsung," katanya.

Oleh sebab itu, guna mengantisipasi dampak guncangan global ia menuturkan pemerintah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satu langkahnya adalah dengan program pendalaman dan pengembangan pasar keuangan.

"Pasar keuangan domestik yang semakin dalam, aktif, dan likuid akan memberikan dukungan stabilitas pasar keuangan dan pasar SBN termasuk pasar modal yang pada akhirnya akan mencerminkan yield SUN yang kompetitif dan cenderung menurun," ujarnya.

Sebelumnya, BI menyatakan tidak khawatir terhadap potensi taper tantrum AS akibat pengetatan kebijakan moneter The Fed. Pasalnya, bank sentral memperkirakan kondisi pasar keuangan Indonesia berbeda dengan 2013 lalu ketika taper tantrum terjadi.

Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Riza Tyas Utami mengatakan BI sudah memiliki tiga strategi intervensi (triple intervention) guna mengatasi risiko tersebut.

"Tetapi yang perlu diingat, kami dulu mengalami taper tantrum 2013, dengan sekarang, kondisinya jauh berbeda. Dulu kami hanya punya spot intervention (intervensi di pasar spot), sekarang kami bahkan punya triple interventions," ujarnya dalam sesi jumpa wartawan, Kamis (24/3).

Strategi pertama, kata dia, BI akan melakukan intervensi di pasar, tidak hanya di pasar spot. Strategi itu akan digunakan untuk menangkal dampak kenaikan yield treasury AS (US Treasury) yang bisa membuat investor asing kabur dari pasar obligasi RI.

Kedua, BI telah memiliki Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) yang lebih tangguh. Penguatan ini dilakukan bank sentral bersama anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) lain yakni OJK, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Ketiga, BI memperkuat kerja sama internasional baik dengan negara maupun lembaga keuangan internasional. Salah satunya adalah kerjasama transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung atau Local Currency Settlement (LCS) dengan sejumlah negara.

Selain itu, pejabat sektor keuangan Indonesia aktif ikut serta dalam berbagai forum koordinasi sektor keuangan internasional seperti G20, OECD, IMF, dan sebagainya.



(ulf/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK