Investasi Hulu Migas Berkurang Separuh Dalam 6 Tahun
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan realisasi investasi sektor hulu minyak dan gas (migas) terus berkurang. Bahkan, sejak 2014 hingga 2020 lalu penurunannya sebesar 50 persen
Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatarwata menuturkan realisasi investasi sektor hulu migas pada 2014 tercatat sebesar US$20 miliar. Namun, pada 2020 lalu tersisa separuhnya yakni US$10 miliar.
"Tentu kami harap para pihak di otoritas perminyakan dan gas bisa mendapatkan mitra-mitra baru atau mitra lama tumbuh kembali minatnya sehingga bisa menaikkan investasi di hulu migas dari US$10 miliar di 2020," ujarnya dalam rapat bersama Komisi VII DPR, Kamis (10/6).
Menurutnya, pelaku sektor hulu migas harus menemukan cara menarik minat investor untuk meningkatkan eksplorasi. Pasalnya, sumber migas yang dimiliki Indonesia sudah masuk kategori mature atau tua.
"Cekungan yang beroperasi umumnya klasifikasi mature, tidak berharap peningkatan signifikan seperti disampaikan harus ada investasi baru di hulu migas, kalau kita harapkan ada peningkatan penerimaan di migas," tuturnya.
Di sisi lain, Indonesia masih memiliki banyak cekungan yang berpotensi untuk dilakukan langkah eksplorasi. Dalam catatannya, dari 128 cekungan yang dimiliki Indonesia, baru 20 unit yang beroperasi.
"Investasi hulu migas kita ini masih sangat terbatas dan harus temukan cara untuk bisa mengundang eksplorasi lebih banyak sehingga bisa manfaatkan reserve (sumber) yang katanya masih banyak ini," tuturnya.
Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat capaian investasi hulu migas masih di angka US$2,4 miliar pada kuartal I 2021. Angka itu baru mencapai 19,4 persen dari target APBN 2021.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pandemi covid-19 menyebabkan investasi hulu migas global turun cukup signifikan, yakni 25-32 persen pada tahun lalu. Menurutnya, dibutuhkan waktu lima tahun agar investasi hulu migas bisa kembali ke masa sebelum pandemi covid-19.
"Dengan adanya pukulan pada 2020 yang menyebabkan upstream investment minus US$145 miliar, investasi hulu migas memang diperkirakan akan naik tapi untuk mengejar gap yang ditimbulkan dibutuhkan waktu lima tahun," ujarnya di Komisi VII DPR belum lama ini.