Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.355 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (17/6) sore. Mata uang Garuda melemah 0,83 persen jika dibandingkan posisi Rabu (16/6) sore di level Rp14.237 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.378 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.257.
Sore ini, mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak melemah terhadap dolar AS. Kondisi ini ditunjukkan oleh dolar Singapura melemah 0,19 persen, won Korea Selatan melemah 1,2 persen, ringgit Malaysia melemah 0,51 persen, dan yuan China melemah 0,49 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, dolar Taiwan melemah 0,41 persen, peso Filipina melemah 0,64 persen, rupee India melemah 0,77 persen, dan bath Thailand melemah 0,35 persen. Sementara, yen Jepang menguat 0,05 persen.
Serupa, mata uang di negara maju tampak keok di hadapan dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris terkoreksi 0,06 persen, dolar Australia terkoreksi 0,12 persen, dolar Kanada terkoreksi 0,3 persen, dan franc Swiss terkoreksi 0,58 persen.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan pelemahan rupiah dan sejumlah mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS karena sikap bank sentral AS, The Fed. Bank sentral AS itu memproyeksi inflasi negeri Paman Sam akan terus meningkat.
"(Pelemahan rupiah akibat) ekspektasi inflasi AS oleh The Fed," ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Hal ini menyebabkan The Fed memproyeksi suku bunga acuan harus mulai dinaikkan pada 2023 mendatang. Proyeksinya maju dari semula yang tak berencana menaikkan bunga acuan hingga akhir 2023.
"Dolar AS diperkirakan masih menguat dalam beberapa waktu ke depan," jelas Lukman.