Perusahaan minyak Saudi Aramco meraup US$6 miliar atau sekitar Rp85,8 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS) dari penjualan surat utang syariah (sukuk) berdenominasi dolar pertama. Raksasa energi itu tengah mencari modal untuk membayar dividen yang besar.
Dalam keterangan perusahaan, sukuk diterbitkan dalam tiga tenor yaitu 3 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun.
"Aramco berhasil mengumpulkan US$6 miliar, menyusul penjualan sekuritas syariah berdenominasi dolar AS kepada investor institusi terkemuka", tulis pernyataan perusahaan yang dilansir dari AFP, Kamis (17/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjualan sukuk tersebut terjadi setelah dua penawaran obligasi konvensional sebelumnya yaitu penjualan perdana senilai US$12 miliar pada 2019 dan penawaran $8 miliar pada November tahun lalu.
Perusahaan mengumpulkan dana untuk membantu membayar dividen tahunan sebesar $75 miliar. Dividen itu merupakan sumber pendapatan utama bagi pemerintah Saudi, pemegang saham terbesar Aramco.
Sebagai catatan, perusahaan berjanji untuk membayar dividen ketika berusaha menarik perhatian saat penawaran umum perdana di bursa Saudi pada Desember 2019 lalu.
Sayangnya, keuangan perusahaan tahun lalu berada di bawah tekanan mengingat harga minyak mentah merosot karena pandemi virus corona menekan permintaan global.
Baca juga:Alasan Harga Sepeda Turun 30 Persen |
Bulan lalu, Aramco mengumumkan kenaikan laba kuartal pertama sebesar 30 persen, berkat pemulihan harga minyak. Namun, arus kas bebas perusahaan defisit US$18,75 miliar untuk membayar kewajiban dividen/
Perusahaan mendorong untuk mengumpulkan uang tunai karena Riyadh menghadapi defisit anggaran yang membengkak dan mengejar proyek multi-miliar dolar untuk mendiversifikasi ekonominya yang bergantung pada minyak.
Pada April lalu, Aramco menyatakan telah mencapai kesepakatan US$ 12,4 miliar untuk menjual saham minoritas dalam bisnis pipa minyak yang baru dibentuk ke konsorsium yang dipimpin oleh EIG Global Energy Partners yang berbasis di Amerika Serikat (AS).