Dampak Turun Kelas RI Akan Berimbas ke Bunga Utang

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 17:36 WIB
Ekonom memprediksi turun kelas RI menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah bisa berdampak pada tingkat bunga utang.
Ekonom memprediksi turun kelas RI menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah bisa berdampak pada tingkat bunga utang.Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adi Maulana).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai penurunan kelas Indonesia dari negara berpenghasilan menengah ke atas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah akan berdampak pada tingkat bunga utang. Khususnya, untuk pinjaman yang bersifat bilateral dan multilateral.

"Dalam konteks pinjaman bilateral, Indonesia bisa mendapatkan bunga yang lebih murah karena dianggap negara yang satu level di atas negara miskin. Sementara kalau pinjam ke investor di pasar keuangan, bunga berisiko lebih mahal karena turunnya status ini," ujar Bhima kepada CNNIndonesia.com, Jumat (9/7).

Maka dari itu, menurutnya, penilaian dan klasifikasi kelas dari Bank Dunia sangat penting. Ketika suatu negara dinilai berpenghasilan rendah, maka lembaga internasional akan memberi bantuan berupa keringanan bunga, tapi investor asing justru menganggapnya sebagai risiko, sehingga perlu penawaran imbal hasil yang lebih tinggi dari pemerintah saat menerbitkan utang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di satu sisi, sambung Bhima, bunga yang lebih rendah dari lembaga internasional bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menarik utang yang lebih murah. Namun, hal ini juga memberi risiko di sisi lain.

"Ini bisa memberi risiko ke beban (pembayaran) bunga yang terus naik dan kontraproduktif dengan upaya naik kelas," ucapnya.

Selain itu, ketika suatu negara terlalu banyak menarik utang, maka utangnya akan menumpuk, meski tingkat bunga yang didapat lebih rendah. Tumpukan utang selanjutnya bisa membuat pertumbuhan ekonomi berjalan lambat karena fiskal harus mulai dikonsentrasikan untuk mencicil pembayaran utang.

"Saya khawatir Indonesia masuk debt overhang, sehingga naiknya pinjaman justru membuat ekonomi sulit tumbuh tinggi dan pada akhirnya tidak naik kelas.
Ini karena beban bunga utang berisiko mengurangi ruang fiskal untuk memacu sektor produktif lain," jelasnya.

Sependapat, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengatakan penurunan kelas Indonesia akan membuat pemerintah mendapat tingkat bunga pinjaman bilateral dan multilateral yang lebih murah untuk tenor pinjaman 10-20 tahun.

Tapi, menurutnya, tingkat bunga ini tetap tidak sekompetitif bila pemerintah mengandalkan penghimpunan dana dari penerbitan utang lokal yang berdenominasi rupiah dan menyasar investor domestik. Sebab, penerbitan utang lokal lebih minim risiko nilai tukar ketimbang menarik utang dari luar negeri dengan denominasi valas, meski bunganya menurun.

"Selain itu, mengingat rating Indonesia yang investment grade, akan lebih kompetitif apabila pemerintah masih mengupayakan penerbitan obligasi (di dalam negeri)," pungkasnya.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengklaim penurunan kelas Indonesia justru tidak memberi dampak pada tingkat bunga surat utang yang diterbitkan pemerintah kepada lembaga internasional maupun investor asing.

"Selama ini tidak ada masalah. Saat lower (middle income country) kita bisa terus menjaga yield (bunga) dan bisa terus turun," ungkap Yustinus kepada CNNIndonesia.com, Jumat (9/7).

Menurutnya, penurunan kelas Indonesia juga tidak akan berpengaruh kepada peringkat (rating) surat utang nasional di mata publik. Ia memastikan peringkat surat utang tetap baik di mata lembaga internasional dan investor asing.

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER