Pengusaha Bakal Rugi Rp1.740 T Efek Larangan Bimbel di China

CNN Indonesia
Selasa, 27 Jul 2021 20:48 WIB
Pebisnis bimbingan belajar bisa kehilangan US$120 miliar atau setara dengan Rp1.740 triliun karena aturan baru China yang melarang bisnis bimbel.
Pebisnis bimbingan belajar bisa kehilangan US$120 miliar atau setara dengan Rp1.740 triliun karena aturan baru China yang melarang bisnis bimbel.Ilustrasi. (Thinkstock/diego_cervo).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pebisnis bimbingan belajar bisa kehilangan US$120 miliar atau setara dengan Rp1.740 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS) karena aturan baru China yang melarang bisnis bimbel atau les privat untuk mata pelajaran sekolah inti.

Dikutip dari Reuters, aturan ini memicu aksi jual besar-besaran saham perusahaan bimbel yang diperdagangkan di bursa saham Hong Kong dan New York. Bimbel New Oriental Education & Technology Group dan Koolearn Technology Holding Ltd menjadi dua di antara perusahaan yang akan terdampak kebijakan baru China.

Langkah ini memicu penurunan saham besar-besaran di bursa Hong Kong dan New York. Perusahaan bimbel yang terdaftar di kedua pasar saham tersebut anjlok pada perdagangan Jumat, (23/7) dan terus turun dengan beberapa saham merosot antara 30 persen dan 40 persen pada Senin, (26/7). Sub-indeks industri pendidikan China turun sebanyak 14 persen pada Senin, (26/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aturan baru China dalam les privat telah membuat perusahaan pendidikan swasta menghadapi dampak bisnis yang signifikan. Pemerintah meningkatkan pengawasan regulasi terhadap industri senilai US$120 miliar yang telah dipertaruhkan oleh investor dalam beberapa tahun terakhir.

Aturan baru yang dirilis pada Jumat lalu melarang les untuk mencari keuntungan dalam mata pelajaran sekolah inti. Aturan ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan angka kelahiran negara dengan menurunkan biaya hidup keluarga.

Di bawah aturan baru, semua institusi yang menawarkan bimbingan belajar pada kurikulum sekolah akan terdaftar sebagai organisasi nirlaba, dan tidak ada lisensi baru yang akan diberikan. Perubahan aturan menimbulkan risiko kerugian miliaran dolar terhadap modal publik dan swasta yang masuk ke sektor ini selama beberapa tahun terakhir.

TAL Education Group yang terdaftar di pasar saham AS mengatakan mereka memperkirakan aturan baru tersebut memiliki dampak material yang merugikan pada layanan bimbingan belajar.

Gaotu Techedu, Grup Pendidikan & Teknologi Oriental Baru, Holding Teknologi Koolearn, Grup Pendidikan Cendekia, dan Grup Pendidikan Beststudy China membuat pernyataan serupa. Aturan baru akan mengakibatkan perusahaan bimbingan belajar online yang ada menjadi sasaran pengawasan ekstra dan bimbingan belajar setelah sekolah akan dilarang selama akhir pekan, hari libur dan liburan sekolah.

Lembaga bimbingan belajar berbasis kurikulum juga dilarang mengumpulkan uang melalui IPO atau kegiatan terkait pencairan modal lainnya, sementara perusahaan yang terdaftar akan dilarang berinvestasi di lembaga semacam itu.

Scholar Education mengatakan bahwa pihak berwenang belum memberikan rincian penerapan aturan dan belum ada kepastian kapan dan bagaimana aturan tersebut akan berlaku.

[Gambas:Video CNN]



(age/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER