Faisal Basri Soal Penanganan Covid di RI: Too Little Too Late
Ekonom Senior Faisal Basri menilai pemerintah terlambat menyadari pentingnya pengendalian dan penanganan kesehatan dibandingkan ekonomi di era pandemi covid-19.
Sudah 1,5 tahun pandemi masuk RI, Faisal menyebut pemerintah baru sadar akan pentingnya dilakukan testing minimal 400 ribu per hari, contact tracing minimal 1:8, melibatkan mahasiswa di seluruh Indonesia, dan menggencarkan vaksinasi.
Dia mengaku mengetahui hal tersebut karena sudah beberapa kali diundang untuk hadir dalam rapat koordinasi pemerintah.
Lihat Juga : |
"Saya bersyukur walau agak terlambat tapi sekarang disadari. Too little too late (terlalu terlambat) selama ini. Sadarilah, ekonomi tidak akan bangkit kalau pandemi tidak bisa dikendalikan," katanya pada webinar Kementerian Investasi bertajuk Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2021, Jumat (6/8).
Dia menyebut dilonggarkannya ekonomi pada kuartal II lalu menimbulkan harga mahal yang harus dibayar pada kuartal III ini lewat pengetatan mobilitas seperti PPKM Darurat dan PPKM berjenjang alias PPKM level 4, 3, 2, dan 1.
Dia memproyeksikan ekonomi RI pada kuartal III 2021 bakal terkoreksi akibat merajalelanya penyebaran virus corona, terutama varian delta.
Berdasarkan indikator awal ekonomi Juli dan Agustus, Faisal menyebut pemulihan RI merupakan salah satu yang paling lambat di dunia akibat penerapan PPKM sejak 3 Juli lalu.
Mengutip berbagai media asing, seperti Bloomberg, The Economist, hingga Nikkei Asia, Faisal menyebut Indonesia masuk dalam golongan pemulihan ekonomi paling bungsu.
"Misal Nikkei ada 120 negara lebih yang dihitung, Indonesia masuk 110. Bloomberg dari 53 negara, Indonesia nomor 53 dan majalah The Economist Indonesia nomor 3 terbawah," bebernya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indonesia resmi keluar dari resesi dengan capaian pertumbuhan 7,07 persen pada kuartal II 2021 secara year on year (yoy). Pertumbuhan ditopang oleh beberapa komponen utama, yakni konsumsi rumah tangga (RT) dan investasi yang topangannya mencapai 84,9 persen.