Analis Angkat Suara soal Pelemahan Tajam Saham Bukalapak

CNN Indonesia
Kamis, 12 Agu 2021 16:33 WIB
Saham Bukalapak anjlok tajam dalam perdagangan 2 hari kemarin setelah melesat tinggi usai IPO pada akhir pekan lalu. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melemah signifikan selama 2 hari perdagangan berturut-turut. Sejak IPO, saham BUKA terpantau bergerak fluktuatif cenderung menguat.

Bahkan penguatan nyaris 25 persen di hari pertama perdagangan Jumat (6/8). Kemudian, pada Senin (9/8), BUKA sempat menguat kencang. Namun kemudian saham BUKA secara konsisten turun dan berakhir menguat 4,72 persen.

Setelah dua hari pertama itu, saham unicorn tersebut anjlok. Pada Selasa (10/8), BUKA rontok 6,76 persen menjadi 1.035 dari harga puncak di 1.300-an.

Saham lagi-lagi keok pada Kamis (12/8) ini dengan pelemahan 6,76 persen dan bertengger di posisi 965. Namun, posisi masih lebih tinggi dari harga IPO yakni 850 per saham.

Hari ini asing mencatatkan penjualan sebesar Rp880,67 miliar atau Rp2,02 triliun secara total sejak BUKA melantai di BEI. Bahkan, hari ini BUKA menjadi top 5 saham dengan koreksi terdalam di papan bursa dalam negeri.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyebut ada dua alasan utama BUKA terus koreksi. Pertama, harga memang relatif mahal dari valuasi wajarnya sehingga mereka yang membeli di harga IPO sudah ambil untung dulu.

"Kedua, saham BUKA memang dilepas cukup banyak ke pasar sehingga terjadi penjualan. Harganya sudah naik jadi cukup banyak sahamnya di (investor) ritel," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/8).

Selain itu, ia menyebut ada andil kepanikan di pasar yang membuat harga anjlok dalam. Investor rasional, kata dia, cenderung hold dan baru melepas saham ketika terjadi koreksi antara 20 persen-30 persen.

Dia menyebut karena kepanikan itu tak ditutup kemungkinan BUKA masih akan melanjutkan pelemahan bahkan melebihi harga IPO ke harga 700-an. "Tapi saya rasa di harga 700 itu bakal ada pembelian lagi," katanya.

Sejak awal, Hans menilai lebih banyak spekulasi yang diikuti FOMO dan mental ikut-ikutan dari investor ritel sehingga fluktuasi tidak terhindarkan.

Dia menyarankan pelaku pasar untuk bersikap rasional dan tidak berspekulasi atau mudah panik. Ia memproyeksikan skenario terburuk BUKA bisa kembali turun ke level 600-an dengan potensi rebound alias naik kembali.

(wel/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK