Tapering Moneter The Fed Buat Rupiah Loyo ke Rp14.402

CNN Indonesia
Kamis, 19 Agu 2021 16:15 WIB
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.402 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (19/8) sore.
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.402 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (19/8) sore.(ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI).
Jakarta, CNN Indonesia --

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.402 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (19/8) sore. Posisi tersebut melemah 0,21 persen dibandingkan perdagangan Rabu (18/8) sore di level Rp14.372 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.414 per dolar AS, atau melemah dibandingkan posisi hari sebelumnya yakni Rp14.384 per dolar AS.

Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Terpantau, dolar Singapura melemah 0,24 persen, dolar Taiwan turun 0,48 persen, won Korea Selatan koreksi 0,68 persen, dan peso Filipina minus 0,27 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, yuan China turun 0,14 persen, ringgit Malaysia melemah 0,09 persen, dan bath Thailand berkurang 0,27 persen. Sedangkan, rupee India dan yen Jepang berhasil menguat masing-masing 0,14 persen dan 0,20 persen.

Serupa, sebagian besar mata uang di negara maju lesu di hadapan dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris turun 0,44 persen, dolar Australia koreksi 0,94 persen, dan dolar Kanada melemah 0,70 persen. Namun, franc Swiss berhasil menguat 0,17 persen terhadap dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah bersama mayoritas mata uang lain disebabkan rencana pengetatan (tapering) kebijakan moneter The Fed diperkirakan mulai tahun ini. Kondisi itu memicu penguatan dolar AS lantaran tapering berpotensi mengurangi likuiditasnya di pasar.

"Dolar AS naik ke level tertinggi sembilan bulan terhadap euro, mata uang Australia, dan Selandia Baru pada hari ini karena sebagian besar pembuat kebijakan Federal Reserve sepakat bahwa pengurangan stimulus akan dimulai tahun ini," ujarnya dalam riset resmi.

Dalam risalah pertemuan 27-28 Juli yang dirilis semalam, pejabat The Fed melihat potensi untuk mengurangi pembelian obligasi tahun ini jika ekonomi terus membaik seperti yang diharapkan. Ibrahim mengatakan pengurangan pembelian obligasi itu berdampak positif bagi dolar AS karena The Fed tidak membanjiri pasar dengan uang tunai.

Dari dalam negeri, lanjutnya, perlambatan ekonomi semakin terasa akibat PPKM level 4 maupun darurat sejak awal bulan. Meskipun, pertumbuhan ekonomi di kuartal II sebesar 7,07 persen, namun memasuki Juli-Agustus terjadi stagnasi ekonomi.

"Ini bisa dilihat dari aktivitas ekonomi yang lesu terutama daya beli (konsumsi) masyarakat yang masih lambat. Di sisi lain, Bank Indonesia memperkirakan penjualan ritel pada Juli 2021 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif 6,2 persen secara tahunan," tuturnya.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER