Gelar Kreasi, OJK Bersinergi Dorong Inklusi Keuangan Pelajar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Kementerian Agama (Kemenag), dan industri perbankan mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi pelajar melalui penyelenggaraan rangkaian KEJAR Prestasi Anak Indonesia atau Kreasi.
Kreasi sendiri merupakan bagian dari program Satu Rekening Satu Pelajar atau Kejar yang digelar sepanjang Agustus 2021 di seluruh Indonesia. Bertema tema Satu Rekening Satu Pelajar, Wujudkan Impian Anak Indonesia, rangkaian kegiatan antara lain dilakukan dalam 504 kegiatan, webinar, dan perlombaan bagi pelajar diikuti pembukaan rekening, edukasi keuangan, dan sosialisasi program Kejar.
Adapun acara puncak Kreasi diadakan secara virtual pada Selasa (24/8) dan diikuti 1.000 pelajar dari berbagai daerah Indonesia. Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan, program KEJAR bertujuan agar setiap pelajar Indonesia memiliki rekening, sehingga budaya menabung di lembaga jasa keuangan (LJK) formal dapat dilakukan sejak dini.
Tirta mengungkapkan, penyediaan akses keuangan untuk masyarakat termasuk pelajar seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak. Pasalnya, inklusi keuangan penting untuk pemulihan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
"Tema perluasan akses keuangan untuk pelajar, yang dibarengi dengan upaya literasi keuangan dan perlindungan konsumen, sangatlah strategis. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai tingkat inklusi keuangan sebesar 90 persen pada tahun 2024," kata Tirta.
Dia menjelaskan, kebiasaan menabung untuk pelajar menjadi krusial mengingat jumlah pelajar di Indonesia yang mencapai 25 persen dari total penduduk, yaitu sekitar 65 juta jiwa. Kelompok ini juga masuk dalam kategori pelaku ekonomi yang sangat strategis, sehingga diperlukan pembekalan pemahaman keuangan yang memadai.
Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan bagi Pelajar
Survei OJK pada 2019 menunjukkan bahwa pelajar Indonesia umumnya memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang relatif rendah. Tirta menyebut, tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia berusia 15-17 tahun hanya sebesar 16 persen, jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional sebesar 38 persen.
Sementara, tingkat inklusi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun juga masih terbilang rendah di angka 58 persen, dengan tingkat inklusi keuangan nasional sebesar 76 persen.
"Para pelajar juga lebih rentan dari sisi keuangan karena belum memahami pentingnya menabung atau berinvestasi termasuk menyiapkan dana darurat serta mudah dipengaruhi tawaran influencer di media sosial," papar Tirta.
Senada, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani menyatakan bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan saat ini sangat dibutuhkan. Selain jumlah peserta didik yang besar, cakupan wilayahnya pun sangat luas.
"Melalui program Kejar ini kami berharap kekuatan literasi finansial di setiap insan pembelajar menjadi lebih kokoh dan memiliki pengalaman langsung dalam pengelolaan keuangan yang terhubung dengan lembaga jasa keuangan," katanya.
Menurut Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Ristek Jumeri, sistem pendidikan Indonesia saat ini diarahkan juga untuk peningkatan literasi keuangan yang mencakup pengertian transaksi ekonomi, pengenalan konsep belanja sebagai pemenuhan kebutuhan dasar, pengenalan konsep berbagi, hingga pengenalan konsep menyimpan, baik tradisional maupun modern, contohnya melalui menabung dan berinvestasi.
Untuk itu, pemerintah telah mencanangkan program Aksi Indonesia Menabung melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif sebagai langkah strategis yang diharapkan memberi manfaat besar dan mendorong masyarakat untuk menabung di lembaga jasa keuangan formal.
"Kami menyambut baik inisiatif OJK dalam program KEJAR yang merupakan bentuk Aksi Indonesia Menabung dalam rangka menumbuhkan budaya menabung sejak dini dan terwujudnya kepemilikan rekening bagi seluruh pelajar di Indonesia. Kemendikbud Ristek berharap program ini dapat diwujudkan dalam digitalisasi tabungan pelajar guna pemanfaatan tabungan yang lebih mudah dan optimal," kata Jumeri.
Pada 2021, sebanyak 70 persen pelajar Indonesia ditargetkan memiliki rekening tabungan. Hingga triwulan II/2021, tercatat 40,8 juta pelajar atau sekitar 63,14 persen telah memiliki rekening tabungan dengan total nominal Rp26,30 triliun.
(rea)