Pengusaha Ungkap Daya Saing Investasi RI Terendah di ASEAN

CNN Indonesia
Jumat, 03 Sep 2021 16:11 WIB
Kadin menyebut daya saing investasi Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT).
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani menyebut daya saing investasi Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.

Dari berbagai komponen perbandingan, Shinta menyebut biaya usaha di Indonesia tertinggi di antara lima negara ASEAN, yakni Thailand, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.

Misal untuk harga tanah, Indonesia menjadi yang termahal yakni US$225 per m2, jauh di atas Vietnam yang hanya senilai US$90 per m2. Kemudian, rata-rata upah minum per bulan juga yang tertinggi, yakni US$279. Sedangkan Vietnam lagi-lagi menjadi juara dengan rata-rata upah per bulan US$182.

Sejalan dengan itu, rata-rata kenaikan upah per tahun di RI juga tertinggi, yakni 8,7 persen. Sementara di Thailand hanya 1,8 persen.

Di sisi lain, biaya logistik di Indonesia juga jauh di atas rata-rata kawasan, yaitu 24 persen per PDB. Sedangkan Malaysia dan Filipina memiliki biaya logistik bersaing di kisaran 13 persen PDB.

Biaya bunga pinjaman (lending rate) RI juga menjulang, mencapai 10,4 persen. Sementara Thailand bisa memberikan bunga bank hanya 4,1 persen.

Komponen tersebut, lanjut Shinta, belum termasuk tarif air, gas, dan listrik yang menduduki posisi termahal kedua di kawasan. Melihat itu, ia menilai RI masih punya banyak PR yang harus dibenahi bila ingin menjadi lahan investasi yang menarik bagi investor luar.

"Kami sudah sering sampaikan memang kuncinya adalah cost of doing business (biaya berusaha) di Indonesia," jelasnya pada webinar Gambir Trade Talk 2, Jumat (3/9).

Selain soal biaya dalam mengukur tingkat kompetisi berusaha, ia menyebut aspek lain yang tak kalah penting adalah aspek efisiensi berusaha. Kedua aspek tersebut dibutuhkan guna memastikan kualitas produksi dan konektivitas pasokan barang dapat terjaga.

Ia menambahkan bahwa kalangan pengusaha mengajukan perluasan kebijakan harga standar gas US$6 MMBTU ke 13 sektor. Saat ini, harga US$6 MMBTU hanya berlaku untuk 7 sektor usaha saja.

"Kami lagi minta diperluas, yang lain masih US$9 MMBTU, tapi kami minta diperluas menjadi 13 industri lainnya. Masih belum diputuskan tapi ini salah satu kunci supaya bisa kompetitif," pungkasnya.



(wel/age)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK