Produk Impor dan Proteksi untuk UMKM Lokal dibahas di DPR

Tokopedia | CNN Indonesia
Jumat, 17 Sep 2021 11:07 WIB
CEO sekaligus pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya menyinggung soal produk impor terkait ASEAN Agreement on Electronic Commerce (AAEC). (Arsip Tokopedia)
Jakarta, CNN Indonesia --

CEO sekaligus pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya menyinggung soal produk impor yang membanjiri marketplace di Indonesia. Menurutnya, produk-produk impor itu tidak bisa dimusuhi.

Hal itu disampaikan William terkait ASEAN Agreement on Electronic Commerce (AAEC) atau Persetujuan ASEAN tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi VI DPR di komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/9) kemarin.

William menjelaskan, bahwa perjanjian AAEC tersebut jelas berkaitan langsung dengan produk-produk lintas perbatasan. Dalam arti, produk-produk impor bisa bebas masuk ke negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Namun, kata William, Tokopedia memilih menjalankan bisnis dengan hati nurani dan keberpihakan pada pelaku-pelaku UMKM lokal. William menyebut, tidak membuka kesempatan para pedagang dari luar Indonesia berjualan di Tokopedia dan Bukalapak.

"Soal ASEAN, cross border. Dari hari pertama E-commerce itu cross border. Tapi beberapa pelaku nasional seperti Tokopedia dan Bukalapak dengan hati nurani kami memilih, kami berpihak. Kami tidak membuka pedagang luar untuk bisa berjualan di platform kami," ujar William.

"Kami hanya bisa memberikan proteksi semaksimal mungkin yang kami dapat kami lakukan. Yakni yang bisa jualan hanya pedagang nasional," tambah William.

Meski begitu, William tak memungkiri, masalah produk-produk impor menjadi pekerjaan rumah yang tidak bisa diselesaikan oleh Tokopedia sendiri. Sebab, konsumen dalam negeri masih banyak menggunakan produk-produk impor.

"Produk impor tidak boleh kita musuhi terlebih dahulu, kita akan menjadi orang dan bangsa yang hipokrit ketika sehari-hari kita sebenarnya menggunakan barang impor," ujar William.

Terkait AAEC sendiri, William menyatakan bahwa Tokopedia dan Bukalapak sebagai marketplace lokal siap bersaing dengan e-commerce luar di kancah perdagangan elektronik ASEAN. Mengingat, dengan era perdagangan baru melalui AAEC tersebut, persaingan akan sangat ketat.

"Kami dari awal, mau tidak mau harus siap bersaing. Tokopedia, Bukalapak mulainya dari dua orang, modal kecil, diragukan semua pihak. Tadi disebutkan Indonesia ini merdekanya modal bambu runcing. Jadi kita harus siap bersaing," ujar William.

Lebih lanjut, William menyatakan, pihaknya juga memiliki beragam program dengan tujuan untuk mendorong UMKM lokal naik kelas. Program itu salah satunya Hyperlocal, yang dilakukan untuk membantu para pedagang pasar tradisional di berbagai daerah menggunakan teknologi sebagai adaptasi di tengah pandemi.

Kemudian Tokopedia juga ikut melakukan berbagai kampanye untuk membantu para UMKM menjual produknya, sekaligus mengajak para konsumen mencintai produk lokal lewat kampanye yang dimiliki pemerintah yaitu Bangga Buatan Indonesia.

"Program-program ini terus kami gencarkan agar semua aspek baik pengguna dan UMKM merasakan manfaatnya," ungkap William.

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Subardi mengajak e-commerce di Indonesia, termasuk Tokopedia, untuk bersinergi menghadapi AAEC.

"Saya berharap antarperusahaan e-commerce membuat program bersama pemberdayaan UMKM menggandeng Dinas Koperasi dan UMKM di tiap daerah. Tujuannya agar tercipta persaingan sehat, mencetak lebih banyak pelaku usaha, inovatif dan melek digital," katanya.

Dengan konsep sinergi, Subardi ingin e-commerce di Indonesia tidak sekadar memikirkan kepentingan dan keuntungan bisnis semata, tetapi juga memiliki keberpihakan kepada pelaku ekonomi kecil agar tidak tergilas oleh pemain besar.

"Boleh saja antar perusahaan E-commerce berkompetisi, tetapi jangan abaikan asas ekonomi kerakyatan, yakni ada keberpihakan kepada pelaku ekonomi kecil," kata Subardi.

(osc)


Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: Pedagang Online Bakal Kena Pajak

KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK