Pilihan Saham 'Berbuah Manis' Saat LQ45 Tak Bertenaga
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,63 persen ditutup di posisi 6.133 pada akhir perdagangan pekan lalu. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp1,48 triliun.
Analis Pasar Modal Hendra Martono memproyeksikan pada pekan ini indeks masih akan bergerak terbatas (sideways) karena minimnya sentimen. Secara teknikal, dia menilai indeks akan bergerak dalam rentang 6.054-6.180.
Dia menyebut pekan ini indeks masih akan diwarnai sentimen yang 'itu-itu' lagi seperti penantian pengumuman tapering off The Fed serta perkembangan covid-19. Hendra mengatakan isu soal tapering tidak segencar sebelumnya dan tidak terlalu mengganggu kinerja IHSG. Toh, isu dan spekulasi sudah berhembus cukup lama.
Lihat Juga : |
Selama menunggu kepastian dari Gubernur The Fed Jerome Powell soal kepastian kapan tapering bakal dilakukan, Hendra menilai penggerak indeks dalam negeri berasal dari aksi korporasi saham-saham tertentu, terutama yang berhubungan dengan teknologi dan bank digital.
Dari pantauan dia, saat ini para pelaku pasar banyak yang melakukan trading cepat atau cepat ambil untung dibandingkan berinvestasi jangka panjang. Hal ini yang membuat penggerak atau volume perdagangan didominasi oleh saham tertentu, tapi IHSG sendiri tidak beranjak jauh-jauh dari rentang 6.000-6.200.
Hendra menyebut akhir-akhir ini, bahkan pelaku pasar tak terlalu memerhatikan kinerja dan saham berfundamental baik, yang tergabung dalam indeks LQ45 malah kurang menarik bila dibandingkan saham lapis dua dan tiga atau saham yang melakukan aksi korporasi.
Ia menyebut LQ45 saat ini sedang tertekan dan saham yang naik cukup signifikan malah saham di luar indeks bergengsi tersebut.
"Yang membuat IHSG ke bawah adalah saham-saham LQ45. Jujur, sekarang posisinya lebih tertekan, jadi banyak yang naiknya besar justru di luar LQ45," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (20/9).
Untuk dua pekan ke depan, ia membeberkan beberapa saham di luar LQ45 yang menarik dikoleksi, seperti PT Adi Sarana Armada (ASSA) dengan target di posisi 3.470-3.600 dan level support 2.940.
Kemudian, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT). Ia menargetkan emiten pengelola Alfamart tersebut di level 1.540-1.590 sedangkan support ada di level 1.335. Lalu, saham PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) dengan target di level 3.160-3.280 dan support di 2.670.
Keempat, PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan target di level 17.275-17.975 dan support di level14.450.
Sedangkan bagi mereka yang hanya ingin memilih saham deretan LQ45, ia menilai PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menarik untuk dipantau.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya juga menilai dampak dari tapering The Fed tidak akan seburuk saat 2013 silam mengingat arus modal masuk (capital inflow) yang masuk ke pasar keuangan Indonesia tidak sebesar pada 2008 lalu.
Selain itu, ia menyebut kondisi makro ekonomi Indonesia juga jauh lebih baik dari krisis keuangan 2013 silam. Ia menilai koreksi beberapa bulan seperti yang terjadi pada taper tantrum sebelumnya tidak akan kembali terulang.
Di sisi lain, ia menyebut sentimen lain yang bakal mewarnai IHSG adalah laporan kinerja saham-saham di papan bursa. Dari catatannya, hingga 10 September 202, keuntungan (corporate earnings) saham LQ45 lebih baik dari ekspektasi pasar.
Menurut dia, 42 dari 45 saham LQ45 yang sudah mengeluarkan laporan keuangan kuartal I 2021 menunjukkan peningkatan agregat sebesar 2,4 persen dari kuartal sebelumnya. Sedang, secara tahunan, pertumbuhan tercatat sebesar 65,8 persen.
"Secara keseluruhan, 40 persen dari total perusahaan LQ45 membukukan di atas ekspektasi, 33 persen perusahaan mencapai ekspektasi, namun 28 persen lainnya di bawah ekspektasi," ujarnya seperti dikutip dari riset.
Untuk pekan ini ia menyebut Mirae Asset cenderung memilih sektor ritel, properti, pertambangan batu bara, dan nikel. Deretan saham yang direkomendasikannya adalah BBNI, BMRI, BTPS, MAPA, BSDE, ITMG, ANTM, dan INCO.