REKOMENDASI SAHAM

Pilihan Saham 'Berbuah Manis' Saat LQ45 Tak Bertenaga

Wella Andany | CNN Indonesia
Senin, 20 Sep 2021 06:51 WIB
Analis memperkirakan tapering off The Fed dan covid-19 tidak akan terlalu mengganggu kinerja IHSG. Karenanya, saham di luar LQ45 masih menarik dikoleksi.
Analis memperkirakan tapering off The Fed dan covid-19 tidak akan terlalu mengganggu kinerja IHSG. Karenanya, saham di luar LQ45 masih menarik dikoleksi. (CNN Indonesia/Eka Santhika Parwitasari).

Salah satu saham yang sedang menjadi sorotan pasar saat ini adalah PT Indosat Tbk (ISAT) usai resmi mengumumkan merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) atau Tri Indonesia. Perusahaan hasil merger ini akan diberi nama PT Indosat Oeredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison).

Managing Director of Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo mengatakan peleburan ini akan menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia. Manajemen memperkirakan pendapatan perusahaan tembus US$3 miliar per tahun.

Sementara, perusahaan memperkirakan rasio proses (run rate) tahunan sinergi sebelum pajak akan mencapai US$300 juta-US$400 juta dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun komposisi kepemilikan perusahaan adalah 65 persen Ooredoo Group, 21,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison. Lalu, PT Tiga Telekomunikasi akan menerima saham baru Indosat Ooredoo hingga 10,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison.

Menurut Hendra, isu merger sudah terdengar oleh pelaku pasar sejak Desember 2020 lalu dan reli sudah dimulai sejak saat itu. Sebelum ada isu merger, harga saham ISAT berada di level 2.000-an, dan naik signifikan menjadi 5.275 pada penutupan tahun.

Lalu, pada awal tahun ISAT kembali naik dan diperdagangkan di level 6.000-an. Setelahnya ia menyebut ISAT cenderung stagnan di level 6.000. Malah, begitu berita resmi keluar ia menyebut ada kecenderungan pelaku saham melego saham. Terbukti, pada Jumat (17/9) ISAT anjlok 3,16 persen menjadi 6.900.

Ia menyarankan pelaku pasar untuk mengecek laporan keuangan kedua perusahaan sebelum membeli saham, yaitu laporan Indosat dan Tri Indonesia. Bila laporan keduanya belum dirilis, ia menyarankan untuk tahan beli dulu.

Di sisi lain, ia melihat pertumbuhan jangka panjang ISAT tidak terlalu signifikan. Untuk mereka yang membeli lima tahun lalu, pertumbuhan yang didapat hanya 7 persenan saja. "Kalau pegang ISAT 5 tahun lalu sebenarnya nambahnya cuma 7 persen, enggak signifikan," terang dia.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan berpendapat koreksi ISAT tersebut terjadi karena aksi ambil untung (profit taking) investor.

Sepaham dengan Hendra, dia menyebut rumor merger sudah berlangsung cukup lama sehingga penguatan sudah cukup signifikan.

Secara jangka menengah dan panjang, Dennies melihat dampak merger terhadap kinerja perusahaan bakal cukup besar mengingat ISAT bakal menjadi operator telekomunikasi terbesar kedua di RI, setelah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM.

"Saya rasa baru akan benar-benar menguat setelah mergernya selesai dan keputusannya nanti setelah RUPS 22 November 2021," jelasnya.

(bir)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER