BP, perusahaan migas Inggris menyatakan nyaris satu per tiga stasiun pengisian BBM kehabisan dua jenis BBM standar pada Minggu (26/9). Kekosongan terjadi akibat aksi panik beli (panic buying) yang melanda masyarakat.
Kepanikan bahan bakar muncul ketika Inggris menghadapi beberapa krisis bersamaan; lonjakan harga gas internasional yang memaksa perusahaan energi gulung tikar, kekurangan karbon dioksida terkait yang mengancam produksi daging, dan kekurangan pengemudi truk yang mengacaukan rantai pasok pengecer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat kondisi itu, antrean kendaraan mengular di pom bensin selama tiga hari belakangan. Beberapa pengendara harus menunggu berjam-jam untuk mengisi bahan bakar.
Lihat Juga : |
Kondisi itu semakin parah setelah perusahaan minyak di Inggris melaporkan jumlah pengemudi truk BBM berkurang sehingga menyebabkan masalah transportasi dari kilang ke pom bensin.
Beberapa operator bahkan harus menjatah pasokan dan sebagian terpaksa menutup SPBU.
"Dengan permintaan yang besar terlihat selama dua hari terakhir, kami memperkirakan sekitar 30 persen dari jaringan saat ini tidak memiliki bahan bakar kelas utama," ujar BP dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters, Selasa (28/9).
Senada, grup minyak Inggris-Belanda Shell mengatakan mereka juga melihat peningkatan permintaan bahan bakar akibat aksi panic buying itu.
Sementara itu, untuk mengatasi masalah itu, pemerintah Inggris untuk sementara menangguhkan Undang-undang Persaingan. Itu dilakukan untuk mendorong perusahaan bahu membahu bekerja sama mengurangi kekurangan stok.
Sedangkan Menteri Transportasi Grant Shapps mencoba menenangkan masyarakat dengan menyatakan masalah BBM ini murni disebabkan oleh pembelian panik dan situasi tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya karena pasokan bahan bakar tersedia.
"Ada banyak bahan bakar, tidak ada kekurangan bahan bakar di dalam negeri," kata Shapps.