TAIPAN

Hui Ka Yan, Pendiri Evergrande yang Dikejar Utang Rp4.290 T

Agnes Savithri | CNN Indonesia
Minggu, 03 Okt 2021 09:00 WIB
Hui Ka Yan, pendiri Evergrande merupakan salah satu orang terkaya di China. Kini, ia dan perusahaannya tengah 'dikejar' utang Rp4.290 triliun.
Hui Ka Yan, pendiri Evergrande merupakan salah satu orang terkaya di China. (AFP/PETER PARKS)

Sedangkan perusahaan Ka Yan, Evergrande, terlilit utang hingga US$300 miliar atau Rp4.290 triliun. Raksasa real estate asal China ini mengisyaratkan tak mampu membayar utang tersebut dan terancam bangkrut.

Mengutip AFP, Selasa (15/9), Evergrande mulanya berutang untuk mendanai pertumbuhan properti beberapa tahun lalu. Namun, manajemen mengakui sedang menghadapi persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Hanya saja, manajemen membantah bahwa perusahaan sudah bangkrut. Sebab, mereka sedang meyakinkan investor sekaligus berupaya menurunkan tumpukan utang yang besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, dua lembaga pemeringkat kredit menurunkan status Evergrande lantaran keuangan perusahaan sedang sulit.

Harga saham Evergrande jatuh di bawah harga saat pencatatan saham pada 2009 lalu. Selain itu, terdapat sejumlah protes dari pembeli rumah di seluruh negeri yang mengkhawatirkan keamanan investasi mereka.

"Peluang gagal bayar utang yang tidak teratur untuk Evergrande mungkin tidak terlalu tinggi karena kekacauan sosial yang dapat terjadi dari konsumen dan kehilangan nyawa," kata Kepala Utang di perusahaan manajemen investasi Barings.

Sementara, Analis IG Prancis Alexandre Baradez mengatakan pasar tak terkejut seperti yang terjadi pada Lehman Brothers. Diketahui, Lehman Brothers adalah raksasa perbankan yang jatuh bangkrut pada 2008 dan memicu krisis keuangan global.

"Lehman mengejutkan, bank dengan peringkat bagus yang menghilang dalam semalam," kata Baradez.

Terbaru, Evergrande kembali gagal membayar kupon obligasi senilai US$47,5 juta atau sekitar Rp679,2 miliar yang jatuh tempo pada Rabu (29/9).

Pembayaran bunga itu untuk obligasi berdenominasi dolar AS yang jatuh tempo Maret 2024 ini memiliki tingkat kupon 9,5 persen.

Berdasarkan keterangan dua pemegang obligasi yang dikutip Reuters, Kamis (30/9), Evergrande untuk kedua kalinya gagal membayar kupon obligasi offshore dalam sepekan. Salah satu sumber mengaku belum menerima kupon maupun dihubungi oleh manajemen Evergrande.

Dengan total utang yang setara 2 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) China, risiko gagal bayar utang perusahaan menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap pasar keuangan.

Kini pasar tengah menanti pemerintah China maupun bank sentral China untuk 'turun tangan' dan membuat pasar keuangan kembali kondusif lagi usai kejadian Evergrande. 

Sementara sang taipan dengan terampil menghindari masalah lain termasuk membujuk investor strategis untuk mengabaikan pembayaran utang US$13 miliar tahun lalu.



(bir)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER