Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.217 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Rabu (13/10) sore. Posisi ini stagnan dari Selasa (12/10).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.221 per dolar AS atau melemah dari Rp14.217 per dolar AS pada Selasa kemarin.
Kendati begitu, hanya rupiah yang 'macet' di jajaran mata uang Asia. Sedangkan mata uang lainnya kompak berada di zona hijau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Won Korea Selatan menguat 0,42 persen, rupee India 0,36 persen, dolar Singapura 0,34 persen, peso Filipina 0,33 persen, baht Thailand 0,28 persen, ringgit Malaysia 0,13 persen, yuan China 0,1 persen, yen Jepang 0,05 persen, dan dolar Hong Kong 0,03 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, semuanya kompak menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,35 persen, franc Swiss 0,27 persen, euro Eropa 0,25 persen, dolar Kanada 0,23 persen, dolar Australia 0,15 persen, dan rubel Rusia 0,08 persen.
Senior Analis DC Futures Lukman Leong mengatakan pergerakan kurs rupiah stagnan karena ada beberapa sentimen yang tarik menarik. Di sisi penguatan, rupiah sebenarnya mendapat sentimen positif dari penurunan kasus covid-19 di dalam negeri.
Lihat Juga : |
"Lalu juga harga batu bara yang tinggi dan terus naik akibat krisis energi dan tingginya permintaan di China," ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Tapi di sisi lain ada beberapa sentimen yang melemahkan mata uang Garuda, yakni ekspektasi pasar terhadap kebijakan pengurangan likuiditas alias tapering dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Selain itu, rupiah juga terpengaruh sentimen penurunan tingkat imbal hasil (yield) surat utang AS, US Treasury.