Anak Buah Luhut Ungkap Biaya Kereta Cepat Bengkak Rp22,58 T
Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi menyebut nilai investasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung bengkak US$1,6 miliar. Kalau dirupiahkan, pembengkakan itu mencapai Rp22,58 triliun (Kurs Rp14.117 per dolar AS).
Estimasi pembengkakan biaya proyek ini lebih rendah dari perkiraan terakhir yang disampaikan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Pasalnya, sebelumnya KAI yang merupakan salah satu anggota konsorsium proyek menyebut investasi proyek bengkak sekitar US$1,93 miliar atau Rp27,24 triliun.
"Range-nya saat ini sekitar US$1,6 miliar cost overrun-nya," ungkap Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (15/10).
Dengan estimasi pembengkakan biaya ini, maka kebutuhan dana proyek yang semula bernilai US$6 miliar atau Rp84,7 triliun akan naik menjadi US$7,6 miliar atau Rp107,28 triliun.
"Biaya awal US$6 miliar," imbuhnya.
Kendati begitu, Seto mengatakan estimasi pembengkakan biaya proyek ini baru berasal dari hasil hitung-hitungan internal pemerintah. Namun, pemerintah masih menggandeng Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan audit atas pembengkakan nilai proyek tersebut.
"Terkait cost overrun, audit dilakukan oleh BPKP. Hasil auditnya diharapkan selesai sebelum akhir tahun," katanya.
Bila nanti hasil audit dari BPKP selesai, pemerintah akan melakukan pembahasan lagi di level Komite Percepatan Proyek yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
"Setelah hasil auditnya keluar akan dilakukan pembahasan di level komite yang terdiri dari Menko Marves, Menkeu, Menteri BUMN, dan Menhub," pungkasnya.
Sebelumnya, KAI memperkirakan kebutuhan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bengkak dari US$6,08 miliar menjadi US$8 miliar atau Rp112,93 triliun.
(uli/agt)