PT PLN (Persero) mencatat konsumsi listrik sepanjang Januari-September 2021 mencapai 187,78 terawatt per hour (TWh). Realisasi ini tercatat tumbuh 4,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 181,63 TWh.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril menuturkan pertumbuhan konsumsi listrik mengindikasikan pemulihan ekonomi sedang berjalan. Pertumbuhan konsumsi listrik sektor industri mencapai 10,63 atau 58,04 TWh dengan pangsa pasar 30,91 persen dari total konsumsi listrik.
"Sektor industri ada di urutan kedua tertinggi dalam konsumsi listrik setelah sektor rumah tangga," ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (17/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun, konsumsi listrik rumah tangga mencapai 85,43 TWh, dengan pangsa pasar 46 persen terhadap total konsumsi listrik.
Lebih lanjut Bob merinci, pertumbuhan konsumsi listrik industri tekstil tercatat tertinggi, yakni 15 persen. Diikuti besi dan baja 10 persen, semen dan kimia 8 persen, makanan dan minuman serta plastik sebesar 7 persen.
Kemudian, sektor otomotif tumbuh 6 persen, kertas 5 persen, pengolahan 4 persen, perkebunan, perkayuan dan pertambangan 3 persen, logam dan sepatu 2 persen.
"Untuk sektor bisnis hingga kuartal III ini memang belum tumbuh signifikan, yakni hanya 1,57 persen. Sektor bisnis yang bertumbuh adalah kondominium dan hotel bintang tiga," katanya.
Sementara itu, konsumsi listrik dari pedagang eceran dan kantor usaha yang sebelumnya tercatat negatif diharapkan menjadi positif, seiring dengan menurunnya kasus covid-19.
Peningkatan konsumsi listrik PLN tercermin dari beban puncak kelistrikan kuartal III 2021. PLN mencatat beban puncak listrik menyentuh lebih dari 27 ribu megawatt (MW). Pada periode yang sama tahun sebelumnya, beban puncak listrik hanya sebanyak 26 ribu MW.
Di Sumatera, beban puncak listrik berada di atas 6.200 MW, Kalimantan di atas 1.200 MW, Sulawesi Utara dan Gorontalo di atas 400 MW, dan Sulawesi bagian Selatan di atas 1.400 MW.