Shekel, mata uang Israel membanjiri pasar dan bisnis di Palestina. Padahal, kedua negara memiliki sistem keuangan yang berbeda. Ahli setempat memperingatkan hal tersebut dapat melumpuhkan sistem ekonomi Palestina.
Apalagi, di Israel pembayaran digital berkembang pesat menggantikan pembayaran konvensional seperti uang kertas dan koin. Namun, di tepi barat Palestina uang tunai justru masih mendominasi transaksi ekonomi.
Salah seorang pengusaha di Ramallah Tasir Freij mengatakan harus membayar komisi dua persen untuk menyetor uang kertas karena bank enggan menerima pembayaran konvensional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah krisis dan kami merasakan dampaknya," kata Freij dikutip dari AFP, Minggu (17/10).
Kelebihan uang kertas ini disebabkan oleh puluhan ribu orang Palestina yang bekerja di Israel dan diberi upah secara tunai.
Otoritas Moneter Palestina (PMA) sebelumnya telah memberi peringatan bahwa shekel yang menumpuk dikarenakan tidak ada cara untuk mengembalikan mata uang kertas itu ke Israel.
Gubernur PMA Firas Melhem mengatakan penumpukan uang tunai menjadi masalah yang sangat mengkhawatirkan dan dapat menyebabkan gangguan bagi bank dan bisnis.
Lihat Juga : |
"Jika masalah ini tidak diselesaikan dengan cepat, pasar Palestina akan berubah menjadi tempat pembuangan shekel," tambahnya.
Shekel sudah ditetapkan sebagai mata uang resmi di wilayah Palestina sebagai hasil perjanjian Paris yang mengikuti Kesepakatan Oslo antara Palestina dan Israel.
Bank of Israel mengatakan keamanan menjadi alasan pihaknya tidak lagi menerima shekel dalam bentuk kertas.
"Kami menekankan bahwa transfer tunai yang tidak terkendali dapat disalahgunakan, terutama untuk pencucian uang dan pendanaan teror, dan tidak akan sesuai dengan standar internasional tentang larangan pencucian uang dan pendanaan teror," kata bank sentral.
Bank-bank Palestina telah mencoba untuk mendorong pelanggan untuk memoderasi simpanan tunai mereka.
Surplus uang tunai ini telah memicu seruan baru dari beberapa ahli Palestina yang mendukung untuk membuang shekel. Hal ini dilakukan agar mata uang Palestina dan mata uang negara lain seperti dinar Yordania dapat beredar.
Kendati demikian, Palestina juga perlu mengikuti perkembangan teknologi keuangan dan bergerak menuju pembayaran non-tunai.