Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.076 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Selasa (19/10) sore. Mata uang Garuda menguat 34 poin atau 0,24 persen dibandingkan Rp14.110 per dolar AS pada Senin (18/10).
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.080 per dolar AS atau menguat dari Rp14.096 per dolar AS pada Senin kemarin.
Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama mayoritas mata uang lain, seperti won Korea Selatan yang menguat 0,75 persen, baht Thailand 0,62 persen, yuan China 0,49 persen, dolar Singapura 0,39 persen, yen Jepang 0,29 persen, dan peso Filipina 0,23 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Tapi, dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, rupee India minus 0,12 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,29 persen.
Sementara mata uang utama negara maju kompak berada di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,73 persen, rubel Rusia 0,47 persen, dolar Kanada 0,43 persen, franc Swiss 0,43 persen, poundsterling Inggris 0,43 persen, dan euro Eropa 0,35 persen.
Senior Analis DC Futures Lukman Leong menilai penguatan mata uang Garuda terjadi karena indeks dolar AS yang tiba-tiba berbalik melemah pada hari ini.
Pelemahan itu terjadi karena pelaku pasar mengantisipasi prospek kebijakan pengetatan likuiditas dari bank sentral AS, The Federal Reserve yang kembali berhembus.
"Pelaku pasar jadi cenderung lebih agresif dan lebih condong ke risk appetite," ungkap Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Selain sentimen The Fed, sambungnya, pelaku pasar juga menanti data pendapatan korporasi besar AS yang akan dirilis dalam waktu dekat. Hal ini membuat pelaku pasar cenderung wait and see, sehingga meninggalkan mata uang negeri Paman Sam.