Menteri Keuangan Sri Mulyani bercerita soal pengalaman kerjanya yang dimulai dari seorang ekonom hingga menjadi bendahara negara. Ani, akrab sapaannya, menyebut sejak awal berkarier ia sudah dihadapkan dengan berbagai situasi luar biasa (extra ordinary).
Misalnya, selepas lulus kuliah doktor (PhD) pada 1997-1998, Ani diuji dengan krisis ekonomi kala itu.
Kendati mengaku ilmu kuliahnya tak mempersiapkannya menghadapi krisis ekonomi, Ani harus siap memecahkan masalah ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak yang jauh dari rumus buku pelajaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ia juga curhat kala menjadi dosen di Universitas Indonesia (UI), ia kerap menjadi pembicara diskusi untuk merumuskan kebijakan agar Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi dan keuangan perbankan 1998.
"Diuji ilmu yang dipelajari, pasti tidak memadai karena masalah yang dihadapi realita jauh lebih kompleks, tidak hanya di text books," imbuhnya pada webinar Kemenkeu bertajuk Cerdik: Future Leaders, Senin (25/10).
Lagi-lagi, saat masuk dalam kabinet pemerintahan pada 2004 ia dihadapkan dengan situasi genting bencana tsunami di Aceh. Kala itu, Ani menjabat sebagai Kepala PPN/Bappenas.
"Masuk ke kabinet suatu pekerjaan yang tidak pernah kita siapkan tapi kalau ada panggilan harus menjalankan dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya," terang dia.
Kepiawaian Ani mengelola ekonomi negara kemudian diuji pada 2008 lalu saat ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada 2008-2009 di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Saat itu terjadi guncangan keuangan dunia yang berasal dari AS yang menjalar ke Eropa dan berbagai belahan dunia lainnya, tak terkecuali Indonesia.
Tak hanya kemampuan dan pengalaman, Ani mengatakan insting dan kepemimpinannya juga diuji dalam merespons tantangan global.
"Itu juga menguji kembali pengetahuan, pengalaman, bahkan insting dan intuisi bagaimana merespons dan menggunakan kemampuan analitik kita dan merumuskan langkah-langkah," jelasnya.
Kini, selaku bendahara negara, Ani kembali diuji dalam tantangan baru mengelola keuangan negara di tengah pandemi covid-19.
"Bicara tentang fenomena dalam perjalanan hidup kita boleh berencana tapi ada yang menentukan," pungkasnya.
Selain berkarier di dalam negeri, Ani juga sebelumnya sempat menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia pada 2010-2016.