Kendati begitu, Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Gerindra Andre Rosiade meminta Bio Farma bisa menurunkan harga PCR dari batas berlaku saat ini sebesar Rp275 ribu menjadi di bawah Rp200 ribu per tes.
Bahkan, ia ingin permintaannya ini didengar Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
"Harapan saya ini didengar Menteri BUMN, Menteri Kesehatan, Pak Presiden, Indonesia bisa PCR-nya di bawah Rp200 ribu, India saja bisa, meski kita apresiasi juga bahwa harga PCR kita (sekarang) termurah di ASEAN, tapi kita bisa di bawah Rp200 ribu," ujar Andre pada kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Andre menjelaskan harga PCR bisa di bawah Rp200 ribu karena hasil penelusurannya menemukan struktur harga PCR yang lebih rendah. Struktur itu terdiri dari harga PCR kit sebesar Rp25 ribu, VTM Rp10 ribu, dan reagent Rp65 ribu.
Kemudian juga terdiri dari biaya mesin PCR, biaya layanan dari tenaga kesehatan (nakes), biaya alat perlindung diri (APD), hingga keuntungan mencapai Rp50 ribu sampai Rp70 ribu.
"Jadi kalau ditotal masih di bawah Rp200 ribu, maksimal bisa Rp200 ribu lah. India saja bisa Rp110 ribu, kenapa Indonesia bisa sampai Rp2,5 juta, Rp900 ribu, jadi kita hanya segini, publik harus tahu, ditambah APD, biaya nakes, operasional, dan untung itu bisa maksimal Rp170 ribu," jelasnya.
Di sisi lain, menurutnya, harga PCR yang lebih rendah sangat mungkin terjadi karena kedok biaya tes berdasarkan durasi perolehan hasil tes sejatinya tidak perlu diterapkan. Contohnya, perbedaan harga tes berdasarkan durasi satu jam, dua jam, enam jam, 1x24 jam, hingga 2x24 jam.
"Seharusnya lab tidak perlu pakai angka satu jam, dua jam, kan mereka putar mesin yang sama untuk semua pasien. Jadi kita diduga ditipu-tipu saja dengan bisnis ini," ucapnya.
Lihat Juga : |
Tak ketinggalan, Andre juga meminta pemerintah menurunkan harga tes covid-19 skema antigen. Saat ini, rata-rata harga tes antigen masih di atas Rp50 ribu.
Ia mencatat hanya PT KAI (Persero) yang bisa memberikan harga tes antigen rendah, yakni Rp35 ribu per tes. Tapi, ia ingin harga yang lebih rendah bisa diberikan semua distributor.
Realisasi Penjualan
Di sisi lain, Honesti mencatat realisasi penjualan alat tes PCR perusahaan sudah mencapai 6,46 juta tes kit sejak Agustus 2020 sampai Oktober 2021. Realisasi ini mencapai 40,5 persen dari total tes PCR nasional mencapai 16 juta tes kit.
Sementara untuk jumlah tes PCR yang sudah terdistribusi mencapai 7,66 juta kit. Terdiri dari distribusi tes PCR mBioCov 6,26 juta, BioCov 221,17 ribu, BioSaliva 38,76 ribu, RNA kit 314,1 ribu, dan BioVTM 824,96 ribu kit.
Sedangkan untuk kapasitas produksi, Honesti mencatat realisasi kapasitas produksi BioVTM mencapai 300 ribu tube per bulan sampai saat ini. Untuk kapasitas produksi mBioCov sekitar 2,4 juta tes per bulan dan BioSaliva 40 ribu kit per bulan.
Tapi, Honesti ingin masing-masing kapasitas produksi tes PCR meningkat sekitar dua kali lipat. Targetnya, produksi BioVTM bisa naik menjadi 600 ribu tube per bulan, mBioCov menjadi 5 juta tes per bulan, dan BioSaliva menjadi 100 ribu kit per bulan.