Bahlil soal Investasi UEA di RI Tembus Rp636 T: Bukan Kaleng Krupuk

CNN Indonesia
Kamis, 11 Nov 2021 13:16 WIB
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan komitmen investasi Uni Emirat Arab ke Indonesia capai Rp636,88 triliun. Menurutnya itu bukan kaleng krupuk.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan komitmen investasi Uni Emirat Arab ke Indonesia capai Rp636,88 triliun. Menurutnya itu bukan kaleng krupuk. Ilustrasi investasi. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto).

Lebih lanjut, Bahlil mengatakan pemerintah ingin aliran investasi dari UEA terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebab, menurut pandangannya, UEA punya posisi yang strategis di tingkat internasional.

Negara ini memiliki jaringan bisnis yang kuat dengan negara-negara lain, mulai dari Amerika Serikat, Eropa, hingga China. Untuk itu, ia ingin UEA menjadi lima besar negara yang kerap mengalirkan investasi ke Indonesia.

"Tapi ini memang tidak mudah untuk yakinkan orang Arab, kita harus ada strategi, chemistry, hubungan baik antara Raja, Pemerintah UEA, dan Presiden Jokowi," ucapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ia memastikan pemerintah terus berusaha memberikan keyakinan dan pelayanan perizinan terbaik bagi investor UEA. Saat ini, pemerintah sudah membangun tim kecil untuk menindaklanjuti seluruh komitmen investasi dari UEA dan akan terus dibahas.

"Semua masalah di dalam negeri, kita yang akan urus, urusan mereka hanya teknologi, modal, dan pasar, jadi ada kolaborasi percepatan investasi. Izinnya akan kita kawal sampai bangun infrastruktur, jangan ada gangguan 'hantu-hantu' di lapangan, kita jalani sampai dia produksi baru kita lepas, jalan kau," tuturnya.

Di sisi lain, Bahlil turut membagi pengalamannya mempelajari karakteristik investor UEA dengan negara-negara lain, seperti Jepang, Korea, China, hingga Eropa dan Amerika Serikat.

Menurutnya, karakteristik investor Jepang adalah rumit di awal tapi lancar di akhir. Sebab, mereka sangat teliti dalam membentuk proposal kerja sama investasi. Karakteristik investor Jepang, mirip dengan Korea Selatan.

Sementara karakteristik investor China justru sebaliknya, biasanya mudah di depan, tapi di belakang ada penyesuaian yang saat eksekusi. "China gampang di depan, di belakang belok-belok," imbuhnya.

Sedangkan investor Eropa dan AS punya karakteristik sangat peduli dengan lingkungan. Maka dari itu, proyek kerja sama investasi selalu diukur dengan tingkat keramahan proyek terhadap lingkungan dan juga pemanfaatan teknologi serta EBT.

"Nah, UEA ini gabungan dari AS, Eropa, China, Jepang, dan Korea. Mereka sangat teliti dan prinsip bisnisnya bagus, harus ada chemistry, peduli lingkungan juga, EBT juga, jadi gabungan, makanya tidak gampang," tandasnya.



(uli/agt)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER