Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.243 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Rabu (17/11) sore. Posisi ini melemah 23 poin atau 0,17 persen dari Rp14.220 per dolar AS pada Selasa (16/11).
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.259 per dolar AS atau melemah dari Rp14.211 per dolar AS pada Selasa kemarin.
Di kawasan Asia, rupiah melemah bersama won Korea Selatan minus 0,24 persen, ringgit Malaysia minus 0,22 persen, peso Filipina minus 0,15 persen, dolar Singapura minus 0,05 persen, yen Jepang minus 0,03 persen, dolar Hong Kong minus 0,02 persen, dan baht Thailand minus 0,02 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Hanya beberapa mata uang yang berhasil berlabuh ke zona hijau, seperti rupee India menguat 0,06 persen dan yuan China 0,16 persen.
Sedangkan mata uang utama negara maju imbang, sebagian di zona merah, seperti dolar Australia yang melemah 0,19 persen, franc Swiss minus 0,1 persen, dan euro Eropa minus 0,07 persen.
Tapi sebagian lagi menguat dari mata uang negeri Paman Sam, yaitu rubel Rusia 0,31 persen, poundsterling Inggris 0,11 persen, dan dolar Kanada 0,07 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah tertekan sentimen rilis data penjualan ritel AS yang tumbuh 1,7 persen pada Oktober 2021. Realisasi itu lebih baik dari ekspektasi pasar di kisaran 1,2 persen.
Hal itu langsung membuat dolar AS menguat. Sementara mata uang lain, termasuk rupiah terperosok ke zona merah sejak pagi tadi.
"Dolar AS mencapai level tertinggi baru sejak Maret 2017. Ini karena penjualan ritel tumbuh lebih baik dari perkiraan," ungkap Ibrahim.
Di sisi lain, belum ada sentimen positif baru dari dalam negeri yang mampu menahan pelemahan mata uang Garuda.