Bank Indonesia (BI) mengklaim telah membeli surat berharga negara (SBN) di pasar perdana sebesar Rp143,32 triliun. Jumlah itu terhitung sejak awal tahun ini hingga 16 November 2021.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan pembelian SBN ini dilakukan lewat lelang utama sebesar Rp67,87 triliun dan lelang tambahan (green shoe option/GSO) sebesar Rp75,46 triliun.
Selain itu, BI juga menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp137,24 triliun. Hal ini terhitung sejak awal Januari 2021 hingga 16 November 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Injeksi likuiditas itu dilakukan melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, penyediaan likuiditas ke perbankan dengan mekanisme term-repurchase agreement (repo), dan penurunan giro wajib minimum (GWM).
"Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada Oktober 2021 sangat longgar," ungkap Perry dalam konferensi pers, Kamis (18/11).
Perry mengatakan bukti likuiditas perbankan longgar terlihat dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 34,05 persen secara tahunan. Selain itu, pertumbuhan DPK sebesar 9,44 persen secara tahunan.
Sementara, likuiditas perekonomian juga terlihat meningkat. Hal itu terlihat dari jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) yang naik 14,6 persen dan uang beredar dalam arti luas (M2) naik 10,4 persen pada Oktober 2021.
"Pertumbuhan uang beredar terutama didukung oleh peningkatan ekspansi fiskal dan kredit perbankan," jelas Perry.
(aud/sfr/sfr)