Chief Technology Officer (CTO) Tokopedia, Herman Widjaja, belum lama ini menerima penghargaan dari pemerintah Australia melalui ajang Australia Alumni Award 2021 untuk kategori Innovation and Entrepreneurship Award.
Penghargaan itu diberikan kepada alumni Australia sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi dalam profesi dan komunitas melalui kepemimpinan yang luar biasa, integritas, dan kerja keras. Herman yang merupakan alumni dari Universitas Monash di Melbourne, Australia, tercatat dalam daftar 50 pemimpin teknologi paling inovatif di Asia Tenggara selama dua tahun berturut-turut, yakni pada 2019 dan 2020.
Terkait perannya sebagai CTO di Tokopedia, Herman mengaku selalu mendapat gagasan segar dari orang-orang yang menggunakan teknologi untuk perubahan yang berdampak besar. Sebut saja, Bill Gates yang ingin agar ada komputer di setiap rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, bagi Herman, ada contoh yang lebih dekat yaitu pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya yang 12 tahun lalu bermimpi akan pemerataan akses kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia di mana pun mereka berada.
"Orang yang bermimpi dengan mata terbuka lebar dapat mengubah bangsa. Orang yang memiliki kelincahan dan ketabahan, yang bermimpi 10 tahun ke depan, itu keren," kata Herman.
20 tahun tinggal di luar negeri untuk belajar dan bekerja di sejumlah perusahaan teknologi terkemuka dunia seperti Amazon, Facebook, Microsoft dan Google, keinginan untuk menciptakan perubahan melalui teknologi di negeri sendiri membuat Herman melangkahkan kaki kembali ke Indonesia.
Menengok kembali ke era 90-an, titik balik Herman dimulai ketika dia menyambut tawaran kuliah di luar negeri dari sang ayah dengan memilih Computer Science and Engineering. Saat itu, internet belum populer di Indonesia.
Sambil terkekeh, Herman mengungkapkan alasannya memutuskan sekolah di luar negeri, "Saya pikir akan terlihat keren untuk meletakkan gelar di undangan pernikahan saya."
Seperti sudah berjodoh, Herman jadi jatuh cinta pada ilmu komputer, meski dirinya harus belajar dari nol. Dia mengaku harus bekerja keras menyelesaikan setiap tugas. Bukan demi menyenangkan dosen, melainkan tersulut semangat dalam diri.
Lulus dari Monash, Herman sempat bekerja selama enam tahun di Australia. Dia kemudian pindah ke Amerika Serikat, bekerja di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington. Pekerjaan itu dia lakoni selama lebih dari 10 tahun, sebelum memutuskan ke Amazon.
Dari Amazon, Herman berpindah ke Google, di mana pengembangan augmented reality/virtual reality (AR/VR) Google menjadi tanggung jawabnya.
Seluruh jejak karier itu memberinya kesempatan mengembangkan platform berbeda. Hingga saat ini, Herman memiliki 14 paten internasional di bidang teknologi.
Bagi Herman, dasar-dasar yang didapat saat sekolah di Australia menjadi landasan kokoh untuk dia berkembang. Dia membuktikan, dasar-dasar seperti struktur, algoritma, dan cara kerja komputer tetap sama, sekalipun teknologi terus berubah.
Herman menuturkan, dalam perjalanan berkarier di luar negeri, Herman kerap bertemu insinyur bertalenta asal Indonesia. Dia lalu berkenalan dengan sekelompok orang Indonesia yang bertalenta di bidang teknologi informasi dan menyadari, ada potensi untuk mengembangkan pasar itu.
Herman meyakini, pertumbuhan pasar harus diimbangi dengan pertumbuhan talenta. Di sini, dia dan tim membentuk Tokopedia Academy, wadah yang berperan untuk mengembangkan talenta digital Indonesia.
Saat ini, Tokopedia Academy dikenal sebagai tempat belajar dengan berbagai program penuh inovasi seperti START Summit, START Women in Tech, Tech A Break, dan program untuk berbagi pengetahuan tentang teknologi, workshop, kemitraan dengan komunitas IT, serta kolaborasi strategis dengan universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Atma Jaya Jakarta, dan Universitas Monash.
(rea)