Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut nilai perdagangan ASEAN-China selama 30 tahun terakhir melonjak 82 kali lipat. Ia mencatat nilai perdagangan kedua kawasan pada 1991 hanya US$8,36 miliar. Namun, tahun lalu, nilainya mencapai lebih dari US$685,28 miliar.
Selain itu, investasi kumulatif dua arah juga melampaui US$310 miliar selama 30 tahun terakhir, sehingga menempatkan China sebagai sumber investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) keempat terbesar dari seluruh mitra wicara ASEAN.
"Perdagangan kita di 1991 bernilai US$8,36 miliar dan tahun lalu mencapai lebih dari US$685,28 miliar, meningkat 82 kali lipat hanya dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun," ujar Jokowi seperti dikutip dari rilis, Senin, (22/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan hubungan ASEAN dan China sudah banyak melahirkan kerja sama konkret yang dilakukan kedua kawasan, termasuk di bidang ekonomi. Maklum, China merupakan mitra dagang terbesar ASEAN selama 12 tahun terakhir.
Menurut Jokowi, hubungan kuat yang terjalin antara ASEAN-China terjalin lewat kerja keras, salah satunya dengan membangun kepercayaan kemitraan yang kokoh dan saling menguntungkan 30 tahun mendatang.
"Rasa saling percaya itu dapat terwujud jika kita semua menghormati hukum internasional," ungkapnya.
Jokowi pada kesempatan itu juga mengajak agar kerja sama ASEAN-China diteruskan guna menjadikan kawasan sebagai economic powerhouse.
"Oleh karena itu kerja sama untuk mendukung transisi ekonomi, transisi energi, dan transisi digital menjadi sangat penting bagi kerja sama ke depan," ujarnya.
Guna mewujudkan hal tersebut, Jokowi mengatakan ASEAN-China memiliki tanggung jawab untuk menjadikan kawasan yang damai dan stabil. Ia meyakini tanpa perdamaian dan stabilitas, maka tidak akan ada kemakmuran.
"Mari kita perkuat kerja sama to recover together, recover stronger," tandasnya.