Ekonom Indef Tauhid Ahmad menilai masalah utama yang bakal muncul dari kebijakan anyar ini tak jauh-jauh dari harga. Ia mengatakan mestinya ada periode transisi di mana masyarakat bisa menikmati harga minyak kemasan tidak jauh beda dengan minyak curah.
Memang, ia menuturkan harga antara minyak goreng curah vs minyak goreng kemasan sekitar Rp1.000-Rp2.000 per kilogram, tapi kalau diakumulasi kenaikan bakal terasa di kocek warga.
Tauhid mengatakan salah satu opsi yang bisa digunakan adalah mengecer minyak bermerek jeriken dalam kemasan sederhana. Dengan demikian, harga bisa ditekan dan kualitasnya pun terjamin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjawab alasan Kemendag soal fluktuasi harga minyak curah, Ia menilai mestinya yang dibenahi adalah tata niaga yang panjang dari produsen ke konsumen. Tauhid menduga penyebab fluktuasi harga minyak goreng di pasar tradisional adalah karena banyaknya pihak yang menjembatani antara produsen dan konsumen.
"Masalahnya jalur tata niaga minyak goreng curah lebih panjang, bisa macam-macam distributornya. Ini yang menyebabkan fluktuasi minyak goreng curah lebih tinggi karena ada asimetrik informasi di dalamnya," terang dia.
Ia berpendapat pemerintah harus menyiapkan solusi. Misalnya, menjaga harga minyak dengan meningkatkan produktivitas atau mengeluarkan cadangan CPO yang ada. Tapi, solusi tersebut bersifat jangka panjang sementara kebijakan akan diterapkan dalam kurang lebih satu bulan lagi.
Oleh karena itu, Tauhid mengusulkan agar kebijakan ditunda dulu hingga pemerintah punya sistem terintegrasi yang memperbaiki dari hulu ke hilir. Dari hulu ia menyebut tata niaga dan produksi yang mesti dibenahi. Sedangkan di hilir, sisi marketing atau pemasaran yang harus dirombak.
Ia juga mengingatkan pemerintah untuk duduk bersama pekebun, pelaku industri CPO, serta pedagang untuk merembukkan berapa banyak produksi CPO yang akan dialokasikan untuk konsumsi minyak goreng dan berapa yang diekspor.
Tujuannya, agar kepentingan konsumsi dalam negeri diutamakan sehingga harga minyak goreng tidak fluktuatif. "Saya lebih setuju ditunda sebelum kita punya sistem terintegarasi dari hulu ke hilir," tutupnya.