Kisah Atep-Adzwin, 2 Pelaku UMKM Jadi Eksportir Berkat Digitalisasi
Senang dan bangga, begitulah perasaan pendiri, owner sekaligus CEO Wallts Wallet Goods M. Adzwin Perwira.
Bisnis usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) produk dompet kulit yang dirikannya pada 2015 lalu itu, kini kian membesar. Bahkan, usahanya kini telah berhasil 'naik kelas'.
Produk UMKM bentukannya yang sebelumnya hanya dijual di dalam negeri, belakangan ini mulai diekspor ke sejumlah negara, antara lain, Filipina, Malaysia dan Singapura.
Tak mudah memang untuk mencapai 'prestasi' itu. Pasalnya, pada awal berdiri, produk UMKM yang didirikannya dengan modal Rp15 juta itu hanya mampu terjual di angka puluhan saja.
"Omzet pada awalnya sekitar Rp3 juta per bulan," katanya kepada CNNIndonesia.com awal pekan kemarin.
Kondisi itu tak membuatnya menyerah. Ia mencari cara supaya penjualan produknya meningkat. Cara yang ditempuhnya adalah melakukan digitalisasi usaha. Itu ia lakukan dengan bergabung ke platform e-commerce Shopee.
Pertimbangannya cuma satu saat itu, platform itu sebuah 'kolam' besar yang penuh dengan 'ikan' bernama pembeli. Itu katanya, berbeda jika dia harus berjualan melalui Instagram ataupun media sosial lainnya.
"Shopee adalah kolam besar yang banyak ikannya. Orang membukanya, pasti tujuannya belanja. Itulah pertimbangannya. Itu berbeda jika jualan di Instagram. Di Instagram kita buat kolam sendiri, nyari ikan sendiri. " katanya.
Strategi digitalisasi usaha yang dilakukan Adzwin berbuah manis. Pelan tapi pasti, penjualan produknya terus merangkak naik.
Pandemi corona yang melanda dunia dan menekan sejumlah sektor usaha, termasuk di Indonesia sejak awal 2020 kemarin, justru tak berdampak padanya. Kepak sayap usahanya malah semakin kencang.
Dengan asumsi harga per produk Wallts Wallet Goods sebesar Rp150 ribu, omzet penjualan produk UKM-nya yang pada awal usaha dibuka hanya Rp3 juta, kini telah tembus Rp1,05 miliar.
Asumsi dibuat berdasarkan data penjualan yang menurut Adzwin tembus 7.000 produk per bulan.
"Memang gabung di situ banyak membantu, termasuk Program Shopee Ekspornya. Karena itu memungkinkan kami menjual produk ke luar negeri tanpa kena biaya apapun. Karena fasilitas itu, penjualan kami ke luar negeri sudah mendekati 100 produk walau masih dalam tahap pengembangan," katanya.
Segendang sepenarian dengan Adzwin, dampak besar digitalisasi bagi UMKM juga dirasakan oleh Atep Taryadi, pemilik usaha produksi dan bisnis karpet bulu rasfur Berkah Saluyu.
Atep yang mengawali bisnis di tengah keterbatasan ini tak pernah menyangka, usaha yang didirikannya dengan modal Rp8 juta itu bakal berkembang pesat seperti ini.
Maklum, di tengah latar belakangnya yang berasal dari kalangan masyarakat petani dan minim pengetahuan bisnis, usaha Atep kini berhasil meraih omzet Rp150 juta per bulan.
"Naik lebih dari 100 persen dibanding saat awal merintis usaha kang," katanya beberapa waktu lalu.
Ia bercerita digitalisasi penjualan yang dilakukannya secara online melalui Shopee sangat membantu. Terutama, bagi pengusaha pemula sepertinya yang minim pengetahuan bisnis soal pengembangan bisnis dan akses pasar.
Atep mengaku saat awal bergabung dengan platform itu pada 2017 lalu, ia dan Berkah Saluyu bukan apa-apa. Ia awam dengan segala fitur yang disediakan. Namun, seiring berjalannya waktu, tekad kerasnya untuk maju serta bimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh platform digital itu, Atep semakin tumbuh.
Ia mendapatkan ilmu besar dari platform itu tentang cara membuat produk dan memasarkannya secara digital.
"(Karena) kami para penjual sangat dibimbing dan diberikan program untuk meningkatkan bisnis. Termasuk, melalui kampanye Shopee 11.11 Big Sale," katanya.
Berkat kampanye itu, Atep berhasil mendapatkan lebih dari 1.500 pesanan hanya dalam 1 hari saja. Tak hanya kampanye itu, platform itu kata Atep juga melaksanakan program ekspor demi membantu para pelaku UKM sepertinya untuk bisa terus mengembangkan diri dan bahkan naik kelas menjadi eksportir.
Dan karena program itu, UMKM yang didirikannya kini bisa diekspor ke Malaysia, Singapura, Filipina.
"Sebelumnya saya tak pernah berfikir bisa ekspor. Tapi dengan program itu, semua akhirnya bisa terwujud," katanya.
Berkat keberhasilan itu, produksi Berkah Saluyu yang awalnya hanya dilakukannya sendiri bersama dengan istrinya kini tumbuh besar. Perkembangan besar itu telah membuat Atep memberikan manfaat kepada banyak orang.
Termasuk di masa pandemi sekarang ini, di mana banyak orang harus kehilangan pekerjaan karena usaha tempat mereka banyak yang gulung tikar. Pasalnya, dengan usaha kecilnya, ia berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 40 orang.