BI: 60 Persen Bank Sentral di Dunia Pertimbangkan Mata Uang Digital
Bank Indonesia (BI) mengatakan 60 persen bank sentral di seluruh dunia telah mempertimbangkan untuk menerapkan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau mata uang digital.
"Sebuah survei menunjukkan 60 persen bank sentral di dunia sudah mempertimbangkan penerapan CBDC," kata Asisten Gubernur Bank Indonesia Juda Agung dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (30/11).
Menurut Juda, sebanyak 14 persen di antaranya sudah mulai melakukan uji coba terhadap kebijakan mata uang digital.
Lihat Juga : |
Di Indonesia, Juda menyebut penerapan mata uang digital dapat menjaga kedaulatan negara, khususnya dalam bidang mata uang dan sistem pembayaran.
Keberadaan rupiah digital nantinya juga akan tetap diawasi oleh bank sentral. Hal ini agar dapat memberikan efektivitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.
Saat ini, terdapat dua skema penerbitan mata uang digital, yakni skema langsung dan melalui perantara.
Juda menjelaskan skema langsung dimaksudkan agar masyarakat mendapat rupiah digital melalui bank sentral. Sementara, skema melalui perantara artinya masyarakat akan mendapat rupiah digital melalui perbankan konvensional.
"Menurut kami yang kedua lebih tepat, ini seperti peredaran uang kertas dan logam saat ini, jadi bank sentral mengedarkan melalui perbankan, kemudian masyarakat mendapat uang dari perbankan tersebut," ujarnya.
Meski begitu, Juda mengakui penerapan rupiah digital bukan tanpa risiko. Ia menilai risiko mata uang digital tentu ada, namun masih dapat diatasi selama diimplementasikan secara bertahap.
Ia menambahkan sejauh ini peredaran mata uang digital baru sebesar 20 persen dari jumlah uang yang beredar.
(fry/aud)