Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.397 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (2/12) sore. Mata uang Garuda ini melemah 51 poin atau 0,36 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.346 per dolar AS.
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.378 per dolar AS atau melemah dari sebelumnya, yakni Rp14.353 per dolar AS.
Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang lain di Asia, seperti yen Jepang minus 0,41 persen, ringgit Malaysia minus 0,25 persen, yuan China minus 0,12 persen, peso Filipina minus 0,09 persen, dolar Singapura minus 0,13 persen, rupee India minus 0,03 persen, dan baht Thailand minus 0,39 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dolar Hong Kong mampu menguat 0,05 persen dan won Korea Selatan menguat 0,29 persen.
Sementara, mata uang di negara maju bergerak bervariasi. Tercatat, dolar Australia melemah 0,01 persen, dolar Kanada menguat 0,17 persen, euro Eropa menguat 0,02 persen, franc Swiss melemah 0,17 persen, dan poundsterling Inggris menguat 0,04 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan varian baru covid-19 bernama omicron memberikan sentimen negatif untuk mata uang di sejumlah negara, termasuk rupiah. Hal ini berpotensi membuat sejumlah negara kembali melakukan lockdown.
"Jumlah kasus omicron di Afrika Selatan, tempat ditemukannya varian empat pekan lalu, meningkat dua kali lipat dari Selasa hingga Rabu," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Selain itu, potensi The Fed mempercepat kebijakan tapering juga mempengaruhi nilai tukar rupiah. Sebab, hal itu akan mendorong penguatan dolar AS.
Dari internal, kenaikan inflasi tahun ini akan mempengaruhi rupiah. Pasalnya, inflasi akan berdampak pada kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Ibrahim memproyeksi rupiah bergerak fluktuatif pada perdagangan besok. Menurutnya, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp14.380 per dolar AS hingga Rp14.440 per dolar AS.
(aud/sfr)