Rupiah Masih Mampu Menguat ke Rp14.310 di Tengah Varian Omicron

CNN Indonesia
Selasa, 30 Nov 2021 09:12 WIB
Rupiah masih berhasil menguat 0,06 persen ke level Rp14.310 per dolar AS pada Selasa (30/11) meskipun dihantui kekhawatiran pasar atasu varian omicron.
Rupiah masih berhasil menguat 0,06 persen ke level Rp14.310 per dolar AS pada Selasa (30/11) meskipun dihantui kekhawatiran pasar atasu varian omicron. Ilustrasi. (Gunawan Wibisono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.310 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (30/11) pagi. Posisi ini menguat 9 poin atau 0,06 persen dari Rp14.319 per dolar AS pada Senin (29/11).

Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama hampir semua mata uang. Cuma yen Jepang yang melemah 0,17 persen dari dolar AS.

Sementara won Korea Selatan menguat 0,53 persen, baht Thailand 0,3 perse, yuan China 0,23 persen, ringgit Malaysia 0,14 persen, peso Filipina 0,1 persen, dolar Singapura 0,06 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, semua kompak berada di zona hijau. Rubel Rusia menguat 0,14 persen, poundsterling Inggris 0,11 persen, dolar Australia 0,09 persen, franc Swiss 0,04 persen, dolar Kanada 0,02 persen, dan euro Eropa 0,01 persen.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan menguat dengan bergerak di rentang Rp14.280 sampai Rp14.350 per dolar AS pada hari ini. Sentimen penguatan berasal dari kekhawatiran pelaku pasar keuangan yang menurun terhadap penyebaran covid-19 varian omicron.

"Nilai tukar rupiah kemungkinan bisa lanjut menguat. Pelaku pasar terlihat masuk kembali ke aset berisiko dengan menguatnya indeks saham Asia pagi ini," ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.

Apalagi di dalam negeri, kekhawatiran terhadap omicron tidak membuat pemerintah memperketat kebijakan PPKM, meski tetap diperpanjang. Hal ini bisa menjadi peluang bagi mata uang Garuda untuk meneruskan penguatan.

Kendati begitu, ia melihat pergerakan pasar sepenuhnya masih berada di bawah bayang-bayang perkembangan penyebaran omicron. Sebab, bila kekhawatiran terhadap omicron tiba-tiba meningkat lagi, maka hal ini bisa membuat bank sentral AS, The Federal Reserve tidak akan terburu-buru mengurangi likuiditas (tapering) di negeri Paman Sam.

Di sisi lain, penyebaran omicron bisa saja mengubah sentimen positif di roda industri manufaktur China yang sudah mulai pulih usai diterpa isu krisis suplai pada beberapa waktu lalu.

[Gambas:Video CNN]



(uli/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER