Jokowi Beber Dampak Pandemi dari Kelangkaan Energi hingga Inflasi

CNN Indonesia
Jumat, 03 Des 2021 11:00 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pandemi covid-19 berdampak pada banyak hal, seperti pasokan pangan, energi, hingga defisit fiskal. (Arsip Biro Pers Sekretariat Presiden).
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan pandemi covid-19 memberikan banyak dampak buruk kepada berbagai sektor. Pertama, pandemi membuat sejumlah negara mengalami kelangkaan energi.

"Karena pandemi, beberapa negara terjadi kelangkaan energi," ucap Jokowi dalam Peluncuran Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali, Jumat (3/12).

Kedua, pandemi juga menyebabkan sejumlah negara mengalami kelangkaan bahan pangan. Ketiga, sejumlah negara mencatatkan inflasi cukup tinggi karena pandemi.

"Karena pandemi, beberapa minggu terakhir terjadi kenaikan harga produsen. Kalau nanti harga produsen naik itu hati-hati, nanti masuk ke harga konsumen ikut naik, hati-hati ini," papar Jokowi.

Keempat, pandemi juga membuat suplai kontainer menjadi langka. Hal ini kontainer untuk pengiriman barang di dalam negeri maupun ekspor.

"Semua negara mengalami yang sebelumnya tidak terprediksi, tak bisa diperkirakan," terang Jokowi.

Kelima, pandemi juga membuat fiskal semua negara tertekan. Saat ini, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seluruh negara melonjak dibandingkan sebelum pandemi.

"Fiskal semua negara defisit semua, moneter di beberapa negara terjadi goncangan-goncangan," kata Jokowi.

Ia menambahkan bahwa menteri keuangan dari beberapa negara ketakutan jika harus menekan defisit ke posisi seperti sebelum covid-19. Hal itu berarti pemerintah harus menekan pengeluaran.

"Artinya shock lagi, uang ngerem semua. Dampak ke mana? Sulit diprediksi dan diperkirakan," ujar Jokowi.

Menurutnya, ketidakpastian global sangat tinggi saat ini. Situasi ini membuat pimpinan negara berada dalam keragu-raguan cukup tinggi dalam memutuskan suatu kebijakan.

Sebagai informasi, pemerintah mencatat defisit anggaran di Indonesia mencapai Rp548,9 triliun per Oktober 2021. Angka ini setara dengan 3,29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Kementerian Keuangan menargetkan defisit APBN di level 5 persen tahun ini. Meski masih tinggi, tapi posisinya lebih rendah dari 2020 yang mencapai 6 persen.

(aud/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK