Tinggal menghitung hari, 2021 akan berlalu. Tahun baru akan menyambut dengan ketidakpastian yang masih tinggi karena covid-19.
Jumlah penularan covid-19 memang sudah menunjukkan tren penurunan. Namun, sejumlah pihak khawatir omicron akan membuat kasus melonjak dan memukul ekonomi global dan nasional.
Jika kasus naik seperti Juli-Agustus 2021 lalu, pemerintah bisa saja kembali memberlakukan PPKM darurat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() EDUKASI KEUANGAN Atur Ulang Dana Berlibur Antipasi Gaji Naik Minim Tahun Depan |
Bila itu terjadi, artinya kegiatan ekonomi akan lumpuh. Permintaan masyarakat otomatis merosot, produksi perusahaan terganggu, kinerja industri melandai, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) akan meningkat lagi.
Melihat situasi ini, ada baiknya Anda meluangkan waktu sejenak untuk merencanakan keuangan pribadi dan keluarga tahun depan. Hitung kembali semua pemasukan dan pengeluaran Anda karena tak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada hari esok.
Berikut kiat merencanakan keuangan tahun Macan Air:
Lihat Juga :![]() EDUKASI KEUANGAN Tips Atur Uang Saat Upah Minimum Tak Naik |
Perencana Keuangan OneShildt Rahma Mieta Mulia mengatakan Anda sebaiknya mendahulukan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen risiko finansial. Sebagai contoh, dana darurat dan asuransi.
"Karena kondisi ke depannya masih belum pasti, maka semua yang berkaitan dengan manajemen risiko finansial didahulukan," kata Rahma kepada CNNIndonesia.com.
Rahma menyarankan Anda memiliki asuransi kesehatan, minimal BPJS Kesehatan. Hal itu untuk mengantisipasi jika Anda jatuh sakit dan butuh biaya besar.
"Usahakan diri sendiri dan keluarga sudah punya asuransi kesehatan, minimal dalam bentuk BPJS Kesehatan. Mau menambah dengan asuransi kesehatan yang swasta pun nggak masalah kalau memang ada dananya," ucap Rahma.
Lihat Juga : |
Begitu juga dengan dana darurat. Menurut Rahma, sebaiknya Anda punya dana darurat setara dengan tiga kali hingga 12 kali pengeluaran Anda per bulan.
Selain itu, Rahma menyarankan Anda tak mengambil utang baru. Apalagi utang untuk berbelanja hal-hal konsumtif, seperti liburan akhir tahun.
Kemudian, Anda juga harus berpikir ulang jika ingin menambah utang dengan mengajukan kredit mobil dan kredit pemilikan rumah (KPR).
Meski suku bunga sedang rendah-rendahnya, tetapi Anda harus tetap mengalokasikan dana yang tak sedikit untuk membayar cicilan setiap bulan.
Jika tetap ingin mengajukan utang, maka pastikan cicilan itu tak mengganggu arus kas Anda.
Lihat Juga :![]() EDUKASI KEUANGAN Bijak Siapkan Dana Liburan di Masa Pandemi |
Menurut Rahma, Anda sebaiknya membuat simulasi terlebih dahulu jika ingin mengajukan utang ke bank. Hitung utang pokok beserta bunganya.
Kalau ternyata mampu, tak ada salahnya Anda mengajukan utang dengan memanfaatkan suku bunga yang sedang rendah.
Jika tidak, maka sebaiknya Anda menunda untuk mengambil utang baru. Kalau bingung, Anda bisa minta bantuan perencana keuangan independen untuk memberikan saran yang objektif.
Senada, Perencana Keuangan Eko Endarto mengatakan Anda sebaiknya tak mengajukan utang baru tahun depan.
Dengan kondisi ekonomi yang baru pulih dan kenaikan gaji yang minim, ia menyarankan untuk mengerem kebutuhan yang tidak mendesak.
"Kondisi ekonomi baru akan pulih dan penghasilan pasti tidak bisa kembali cepat pulih, gaji (upah minimum provinsi/UMP) saja cuma naik 1,63 persen," kata Eko.
Selanjutnya, Anda harus mengerem konsumsi yang tak bersifat produktif. Meski kasus pandemi mulai turun, tapi bukan berarti Anda boleh jor-joran memuaskan hasrat yang tertunda akibat pandemi.
Eko menyebut boleh saja Anda konsumtif, tetapi setelah pos keuangan wajib seperti dana darurat, asuransi kesehatan dan jiwa, serta tabungan sudah aman.
Lihat Juga : |
Sementara, Rahma menyatakan mengurangi biaya konsumsi yang tak produktif dibutuhkan untuk menjaga keuangan tetap sehat tahun depan. Hal itu salah satunya bisa dilakukan dengan menunda agenda liburan Anda karena situasi masih tidak pasti.
"Kalau bisa dikurangi pos untuk liburan ini atau mencari alternatif yang lebih murah dan aman," ucap Rahma.
Lalu, Anda juga jangan lupa untuk menyisihkan 10 persen dari pendapatan untuk menabung dan investasi. Rahma mengatakan investasi nantinya bisa disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko masing-masing.
"Misalnya disarankan minimal 10 persen dari income kita sisihkan untuk tabungan atau investasi," kata Rahma.
Namun, jika Anda belum punya dana darurat, maka ada baiknya Anda juga menyisihkan sebagian gaji untuk pos dana darurat.
"Itulah kenapa kita butuh perencanaan keuangan yang menyeluruh, yang nggak cuma membahas investasi tapi juga membahas kebutuhan proteksi kita juga," tutup Rahma.