Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia dari 7,1 persen menjadi 7 persen pada 2021. Hal ini karena varian baru omicron memberikan ketidakpastian yang tinggi di global.
Pemberi pinjaman yang berbasis di Manila itu juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang Asia tahun depan dari 5,4 persen menjadi 5,3 persen.
"Covid-19 telah surut di negara berkembang Asia, tetapi meningkatnya infeksi di seluruh dunia dan munculnya varian yang menyebar cepat menunjukkan bahwa pandemi akan membutuhkan waktu untuk berhenti," ucap ADB, dikutip dari Antara, Selasa (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ADB memperkirakan sebagian besar sub kawasan Asia tumbuh melambat dari perkiraan sebelumnya tahun ini. Lembaga itu juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi sub kawasan Asia dari 3,1 persen menjadi 3 persen pada tahun ini.
Namun, ADB menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi sub kawasan tahun depan dari 5 persen menjadi 5,1 persen.
Sementara, lembaga internasional itu memprediksi ekonomi China tumbuh 8 persen tahun ini. Angkanya lebih rendah dari proyeksi yang ditetapkan pada September 2021 lalu, yakni 8,1 persen.
Lihat Juga : |
Begitu juga dengan 20222. ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China dari 5,5 persen menjadi 5,3 persen.
Menurut ADB, penyebaran varian baru omicron merupakan pengingat yang serius bahwa wabah ini kemungkinan akan tetap ada. Terlebih, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan omicron terdeteksi di 60 negara sejak pertama kali muncul di Afrika Selatan dan Hong Kong bulan lalu.
Di sisi lain, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,5 persen tahun ini. Bahkan, ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan dari 4,8 persen menjadi 5 persen.
Meski secara keseluruhan ekonomi diproyeksi melambat, tetapi ADB melihat inflasi tetap terkendali di Asia tahun ini. Menurut ADB, kebijakan moneter bank sentral di Asia akan tetap mendukung pertumbuhan di tengah berlanjutnya risiko pandemi covid-19.
(aud/bir)