Menko Airlangga: Omicron di Afrika Bukti Ketimpangan Vaksin Covid-19

CNN Indonesia
Selasa, 07 Des 2021 19:59 WIB
Menko Airlangga Hartarto menilai kemunculan varian omicron bukti bahwa ketimpangan vaksinasi masih terjadi antara negara maju, berkembang, dan miskin.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kemunculan varian omicron bukti bahwa ketimpangan vaksinasi masih terjadi antara negara maju, berkembang, dan miskin. (Kris - Biro Setpres).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kemunculan covid-19 varian baru, yakni omicron di Afrika Selatan, membuktikan bahwa ketimpangan vaksinasi terjadi di dunia. Khususnya, antara negara maju, negara berkembang, serta negara miskin.

"Omicron ini menunjukkan adanya ketimpangan vaksin antara negara maju dan berkembang," ujar Airlangga saat konferensi pers virtual, Selasa (7/12).

Sebab, sambung dia, varian baru ini muncul di benua dengan tingkat vaksinasi yang sangat minim. Menurut catatannya, tingkat vaksinasi covid-19 di Afrika Selatan baru mencapai 24 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan di seluruh Afrika, rata-rata baru 7 persen," imbuh dia.

Padahal, lanjut Airlangga, pemulihan kesehatan dan ekonomi di suatu negara bergantung pada capaian tingkat vaksinasinya. Apabila sebuah negara mempercepat vaksinasi, maka pemulihan bisa dicapai dan sebaliknya.

Vaksinasi juga diperlukan untuk memperkuat imun masyarakat. Khususnya, saat varian-varian baru bermunculan dan menyebar di masyarakat.

"Pembukaan ekonomi masih bergantung kepada bagaimana kita bisa menangani pandemi termasuk varian baru dan bagaimana dunia tidak panik hadapi varian tersebut," terang dia.

Karena itu, menurutnya, perlu percepatan realisasi vaksinasi di seluruh negara di dunia. Airlangga mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mendorong agar negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) bisa mendorong percepatan vaksinasi.

Lebih dari itu, kepala negara juga mendorong agar ASEAN, termasuk Indonesia, bisa menjadi hub negara produsen vaksin untuk selanjutnya didistribusikan ke negara-negara lain.

"Jadi usulan kita, setiap negara dengan populasi 100 juta minimal ada satu center untuk produksi vaksin. Tentu ini ada kaitannya dengan hub intelektual terhadap vaksin yang perlu dikerjasamakan secara global," jelasnya.

Di sisi lain, Airlangga menyampaikan masing-masing negara di dunia diharapkan bisa mengejar target vaksinasinya. Begitu juga dengan Indonesia, dengan target vaksinasi dosis kedua dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai 40 persen dari total populasi pada akhir 2021.

"Saat sekarang sudah divaksinasi sekitar 37 persen atau 99,6 persen (dari target WHO), dan target kita di akhir tahun 41,8 persen atau 113 juta jiwa. Ini menjadi sasaran untuk minimal di akhir tahun untuk dosis kedua," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER