Harga minyak mentah dunia menguat setelah AS mengurangi pasokan lebih banyak dari perkiraan pasar. Aksi AS itu mengurangi tekanan pada harga minyak mengenai perlambatan permintaan dan peningkatan kasus varian omicron.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari ditutup menguat 1,8 persen menjadi US$75,29 per barel pada perdagangan Rabu (22/12), waktu AS. Kemudian, minyak West Texas Intermediate (WTI) melompat 2,3 persen menjadi US$72,76 per barel.
Seperti dilansir Antara, Kamis (23/12), pasokan minyak AS turun lebih besar dari ekspektasi dengan stok sebanyak 4,7 juta barel. Meskipun suplai menciut sebagian besarnya karena pertimbangan pajak akhir tahun yang mendorong perusahaan-perusahaan minyak untuk tidak menyimpan banyak-banyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami melihat penurunan produksi. Kami melihat persediaan minyak mentah turun, memberi pasar prospek yang mendukung. Karena persediaan di bawah rata-rata, sehingga tidak banyak ruang untuk harga turun lebih dalam," ujar Analis Senior Price Futures Group di Chicago, AS, Phil Fynn.
Apalagi, pembatasan sosial dan penguncian wilayah (lockdown) di sejumlah negara di tengah penyebaran cepat omicron ikut menambah kekhawatiran penurunan permintaan bahan bakar.
Negara-negara yang menerapkan pembatasan sosial dan lockdown, di antaranya Jerman, Irlandia, Belanda, dan Korea Selatan.
Reli harga minyak juga didukung oleh sebagian utilitas Eropa yang mulai mengalihkan sumber energi listrik mereka ke minyak pemanas dari gas alam, seiring rekor harga energi 'selangit' di benua biru itu.
Lihat Juga : |
"Apa yang kita lihat, gas alam di Eropa, akan mengarah pada peralihan berkelanjutan ke minyak untuk menghasilkan tenaga listrik. Itu akan menjadi permintaan tak terduga yang akan bertahan selama beberapa bulan ke depan," terang Andrew Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston.
Sementara, kekhawatiran terhadap omicron tetap tinggi, meskipun penelitian dari Afrika Selatan menunjukkan bahwa varian terbaru covid-19 itu lebih kecil kemungkinannya membuat orang terinfeksi terkapar seperti halnya varian delta.
Hanya saja, pemerintah di berbagai negara tetap mewaspadai kenaikan kasus karena penyebaran omicron yang disebut lebih cepat dari delta.
Kepala Eksekutif Moderna Stephane Bancel mengklaim tidak ditemukan masalah dalam mengembangkan suntikan booster untuk melindungi masyarakat dari varian omicron.