Harga minyak dunia menguat pada akhir perdagangan Rabu (19/1), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi usai kebakaran pada pipa minyak Irak-Turki yang sempat menghentikan aliran sementara.
Tercatat, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik US$0,93 atau 1,1 persen ke US$88,44 per barel. Harga acuan minyak global ini sempat menyentuh US$89,13 per barel, tertinggi sejak 13 Oktober 2014.
Penguatan juga terjadi pada harga Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari sebesar US$1,53 atau 1,8 persen ke US$86,96 per barel di New York Mercantile Exchange, tertinggi sejak 9 Oktober 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Dilansir Reuters, sumber keamanan senior menyatakan ledakan yang memicu kebakaran pada pipa di provinsi tenggara Turki itu disebabkan oleh tiang listrik yang jatuh, bukan serangan.
Aliran ekspor minyak telah dilanjutkan melalui saluran pipa Kirkuk-Ceyhan yang membawa minyak mentah dari Irak utara, produsen terbesar kedua di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, ke pelabuhan Ceyhan di Turki.
Pekan ini, kekhawatiran ketatnya pasokan juga terjadi setelah kelompok Houthi Yaman menyerang Uni Emirat Arab, produsen terbesar ketiga OPEC.
Sementara itu, Rusia selaku produsen minyak terbesar kedua di dunia, telah meningkatkan kehadiran pasukannya di dekat perbatasan Ukraina. Hal itu memicu kekhawatiran invasi yang bisa berdampak pasar minyak.
"Meski level US$90 dolar AS dapat memicu beberapa aksi ambil untung dan sedikit penurunan harga, ini menunjukkan bahwa kita secara realistis dapat melihat minyak US$100 segera," kata Analis Pasar Senior OANDA Craig Erlam.
Pejabat OPEC menilai reli minyak dapat berlanjut dalam beberapa bulan ke depan dan harga bisa mencapai US$100 dolar AS per barel seiring pulihnya permintaan dari pandemin.
"Berapapun jumlahnya, tampaknya persediaan global akan terus berkurang selama beberapa bulan lagi dengan pengetatan tersirat dalam keseimbangan yang mempertahankan harga tetap bullish sepanjang sisa bulan ini dan sebagian besar berikutnya," kata Pimpinan Ritterbusch and Associates LLC Jim Ritterbusch di Galena, Illinois.
OPEC dan sekutunya tengah berupaya untuk mencapai target peningkatan produksi bulanan mereka sebesar 400 ribu barel per hari (bph).
Lihat Juga : |
"Pemadaman yang tidak direncanakan di Libya, Ekuador, dan Kazakhstan, ditambah dengan penurunan peringkat ke perkiraan AS, Rusia, dan Brasil, bersama-sama mengakibatkan pasokan satu juta barel per hari lebih rendah bulan ini daripada yang diperkirakan sebelumnya," ujar nalis pasar minyak senior Rystad Energy Louise Dickson.
Kendati demikian, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasar minyak mengalami surplus pada kuartal I 2022 karena beberapa produsen akan meningkatkan produksinya.
Surplus minyak bakal mendorong peningkatan persediaan. IEA mencatat stok komersial di negara-negara OECD jauh di bawah tingkat pra-pandemi di sekitar posisi terendah tujuh tahun.