Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.312 per dolar AS pada Senin (24/1) pagi. Mata uang Garuda menguat 23 poin atau 0,16 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.335 per dolar AS.
Sementara, mayoritas mata uang di Asia bergerak bervariasi pagi ini. Tercatat, yen Jepang minus 0,15 persen, dolar Hong Kong minus 0,02 persen, dolar Singapura minus 0,04 persen, won Korea Selatan minus 0,06 persen dan baht Thailand minus 0,24 persen.
Kemudian lainnya menguat seperti peso Filipina yang naik 0,25 persen, rupee India naik 0,11 persen, yuan China naik 0,04 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, mata uang di negara maju di dominasi merah pagi ini. Terpantau, franc Swiss minus 0,18 persen, dolar Australia minus 0,11 persen, poundsterling Inggris minus 0,01 persen, dan euro Eropa minus 0,08 persen. Sementara itu, hanya dolar Kanada yang berhasil naik 0,08 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memproyeksi nilai tukar rupiah masih berpeluang melemah ke posisi Rp14.360 hingga Rp14.380 dengan potensi support di kisaran Rp14.320.
"Tekanan terhadap rupiah mungkin datang dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS dimana kini pasar mengantisipasi kemungkinan kenaikan sebanyak 4 kali tahun ini. Pasar juga sudah mengantisipasi kemungkinan kenaikan 50 basis poin di bulan Maret," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Senin (24/1).
Selain itu, tambah Ariston, pasar masih menunggu arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) atas kebijakan moneternya. Pasar mengantisipasi The Fed yang akan menyuarakan indikasi kebijakan yang mendukung percepatan pengetatan moneter untuk mengendalikan kenaikan inflasi.
"Dari dalam negeri, pasar mewaspadai perkembangan varian omicron. Perubahan kebijakan pembatasan aktivitas yang lebih ketat bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah," ujarnya.
Namun, rupiah masih berpeluang menguat sebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah mendekati level tertingginya atau All Time High di posisi 6.754.