Sejumlah pedagang minyak goreng di pasar tradisional Jakarta mengeluhkan distribusi minyak goreng satu harga Rp14 ribu yang baru menyentuh pasar ritel modern saja.
"Semenjak ada minyak goreng berharga Rp14 ribu di ritel, minyak goreng di saya tidak ada yang beli," ungkap Budi (35), pedagang minyak goreng di Pasar Warung Buncit, Jakarta Selatan, kepada CNNIndonesia.com, Senin (24/1).
Menurutnya, distribusi minyak goreng subsidi pemerintah tersebut seharusnya dilakukan di pasar tradisional terlebih dahulu. Pasalnya, masyarakat kecil lebih banyak berbelanja ke pasar tradisional dan konsumsinya juga lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, ia menjual minyak goreng kemasan dua liter dengan harga Rp38 ribu. Sedangkan, untuk minyak goreng curah dibanderol Rp21 ribu per kilogram (kg).
Budi menceritakan, ia harus berdebat dengan pembeli yang bersikeras ingin membeli minyak goreng kemasan dengan harga Rp14 ribu. Ia mengatakan pembeli mengira harga minyak goreng di pasar sudah sama seperti di ritel modern.
"Kami terima nasib saja tidak mau jual harga Rp14 ribu karena stok yang lama. Kami juga tidak mau rugi," kata dia.
Senada, pedagang minyak goreng di pasar yang sama yakni Lina (50) mengeluhkan distribusi minyak goreng yang belum sampai ke pedagang di pasar tradisional.
"Sangat dikeluhkan, dimarahi pembeli karena mereka bilang harga minyak goreng sudah turun. Tapi turun kan di supermaket saja," katanya.
Lina menjual minyak goreng kemasan satu liter dengan harga Rp19 ribu dan minyak goreng curah seharga Rp20 ribu per kg.
Ia mengaku setelah minyak gorenag berharga Rp14 ribu disebar di ritel modern, penjualan di pasar jadi sepi.
Oleh karena itu, Lina menyambut baik kabar minyak goreng berharga Rp14 ribu yang akan segera dijual di pasar tradisional.
Lihat Juga : |
Senasib, Deni (65) pedagang minyak goreng di Pasar Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, mengaku penjualannya hancur.
"Supermarket dikasih harga Rp14 ribu, di pasar hancur tidak ada yang beli. Ini pembeli juga jadi salah kaprah mereka protes karena mereka tidak tahu harga di pasar. Kami penjual di pasar dianggap salah," ujarnya.
Saat ini, Deni menjual minyak goreng kemasan 2 liter dengan harga Rp44 ribu. Sedangkan untuk minyak goreng curah ia jual seharga Rp22 ribu per kg.
Ia menjelaskan, sebelum ada minyak goreng Rp14 ribu, dirinya bisa menjual 6 hingga 10 bungkus minyak dalam sehari. "Sekarang 1 saja tidak ada yang beli. Pembeli lari ke supermarket," sambungnya.
Deni mengaku menyambut baik jika minyak goreng Rp14 ribu juga akan disebar di pasar tradisional. Namun, ia juga khawatir pembeli tetap sepi karena mereka sudah memiliki stok minyak yang sudah dibeli di ritel modern.
Seperti diketahui, pemerintah serentak menyebar minyak goreng kemasan berharga Rp14 ribu per liter di seluruh pasar ritel modern sejak Rabu (19/1) lalu. Sementara, penjualan minyak goreng satu harga di pasar tradisional bakal menyusul dengan tenggat waktu 1 minggu setelah ketentuan disahkan.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan pemerintah tidak menyebar minyak gorenng Rp14 ribu ke pasar tradisional karena tidak bisa menunggu kesiapan pedagang.
Di sisi lain, pemerintah juga ingin mendahulukan kepentingan masyarakat luas supaya dapat minyak goreng dengan harga murah.
"Pemerintah mendahulukan kepentingan masyarakat luas supaya dapat akses minyak goreng kemasan Rp14 ribu per liter, tidak bisa menunggu kesiapan pedagang tradisional," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com.
Meski demikian, Oke juga tidak merinci kapan minyak goreng Rp14 ribu akan dijual di pasar tradisional.
Ia mengimbau agar pedagang di pasar tradisional dapat menghubungi pemasok untuk mendapatkan minyak goreng satu harga tersebut.
"Sementara pedagang tradisional silahkan menghubungi pemasok-nya untuk mendapatkan pasokan minyak goreng Rp14 ribu per liter," tandasnya.