Investasi tanah di luar kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) kian menarik. Hal itu seiring masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah.
Terlebih, pemerintah punya rancangan besar membangun ibu kota negara (IKN) di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Digadang-gadang, ibu kota baru itu bakal menjadi motor penggerak ekonomi baru di Indonesia bagian tengah hingga timur.
Melihat gerbang potensi yang dibuka oleh pemerintah tersebut, lantas apa benar berinvestasi tanah di luar Jabodetabek menjadi lahan investasi yang menarik?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senior Associate Director Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia Aldi Garibaldi menyebut berinvestasi di daerah di luar Jabodetabek, terutama di luar Pulau Jawa bisa saja menarik jika investasi yang dilakukan bersifat jangka panjang.
Ia menyebut hanya dana 'bernapas panjang' saja yang cocok untuk dialokasikan untuk investasi di tanah luar Jabodetabek. Pasalnya, waktu yang dibutuhkan untuk lahan bisa naik pesat relatif lama.
Mengambil contoh di daerah sekitar IKN, pembangunan yang dibutuhkan pun tak bisa disulap dalam 1-2 tahun saja. Rencananya pembangunan dilakukan secara bertahap dengan peta jalan hingga 2045 mendatang.
Bagi Anda yang tak ingin lama menunggu dan mempunyai target cuan di level tertentu, Aldi menyebut instrumen investasi yang konservatif lainnya bisa jadi lebih menarik. Misalnya, dibelikan obligasi yang menghasilkan imbal hasil di level 7 persen-8 persen.
"Harus uang yang memang long term karena realisasi gain pasti ada tapi enggak tahu berapa lama," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Aldi membeberkan beberapa indikator untuk mengetahui ciri daerah potensial yang bisa menjadi lahan investasi yang menguntungkan.
Pertama, pencetakan lapangan kerja (job creation). Menurut Aldi, potensi harga tanah di suatu daerah ditentukan oleh pertumbuhan penduduknya. Jika suatu daerah mampu menciptakan lapangan kerja, maka kebutuhan tanah untuk tempat tinggal atau industri/usaha bakal mendongkrak harga tanah.
"Contohnya Semarang, Surabaya, menarik karena adanya industri baru, ada lapangan pekerjaan, (sehingga) orang-orang pindah ke sana," jelasnya.
Kedua, geografis daerah. Ia menyebut letak suatu daerah sangat menentukan prospeknya ke depan, bila bersinggungan atau dekat dengan negara lain atau daerah maju, maka potensi investasi di sana jadi menarik.
Ia mencontohkan alasan salah satu alasan Surabaya selalu menjadi kota yang menarik adalah karena menjadi pintu masuk ke Jabodetabek untuk masyarakat di Selatan Jawa atau Timur Indonesia.
Contoh lainnya adalah Kota Medan yang pertumbuhannya cukup pesat karena berdekatan dengan Singapura dan Malaysia.
Ketiga, fasilitas yang lengkap. Aldi memaparkan harga tanah atau properti suatu daerah bisa jadi mahal jika di daerah tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, mulai dari RS, sekolah, hiburan, lapangan hijau, restoran, dan sebagainya.
Lihat Juga : |
Kemudian, yang tak kalah penting juga infrastruktur transportasi yang memadai seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara yang memudahkan dan mempercepat mobilitas warga.
Sepaham, Pengamat Properti Aleviery Akbar menyebut harga tanah di luar Jabodetabek berpotensi naik jika terjadi pembangunan di daerah tersebut, baik itu infrastruktur, transportasi, hingga IKN.
"Tanah di Padalarang harganya mengalami kenaikan disebabkan adanya pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung," imbuhnya.
Lihat Juga : |
Hal lain yang perlu diperhatikan, lanjutnya, adalah faktor kesiapan infrastruktur, misal air, listrik, jaringan internet, dan lainnya. Ia juga menyarankan calon investor untuk mencari informasi atau data soal perkembangan kota (master plan) tata kota tersebut.
"Investasi tanah selain indikator seperti hal di atas juga ada faktor keberuntungan dan kepandaian dalam melihat bentuk tanah yang akan dibeli," pungkasnya.